Meski Masuk 50 Tokoh Muslim Berpengaruh, Jokowi Tak Serta-Merta Berpihak kepada Islam

Mediaumat.id – Meski terpilihnya kembali sebagai salah satu dari 50 tokoh Muslim berpengaruh di dunia pada 2022 versi The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC), Presiden Jokowi tidak serta-merta berpihak pada Islam.

“Meskipun presiden Jokowi masuk dalam 50 tokoh Muslim berpengaruh di dunia, ini tidak serta-merta menunjukkan keberpihakannya pada Islam,” tutur Direktur on Forum Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi dalam acara Kabar Petang: RISCC Mempopulerkan Tokoh-Tokoh Sekuler Pro Barat? di kanal YouTube Khilafah News, Kamis (4/11/2021).

Menurutnya, daftar yang dirilis RISSC ini memuat 500 tokoh Muslim. “Jadi bukan tokoh Islam. Artinya tidak serta merta orang-orang yang ada di dalamnya itu kemudian mencerminkan keberpihakan kepada Islam. Termasuk kita tidak serta merta mengatakan, karena Presiden Jokowi masuk di dalamnya, seolah-olah Presiden Jokowi adalah presiden yang berpihak kepada Islam,” ujarnya.

Farid menilai, banyak pihak yang selama ini mengkritisi kebijakan-kebijakan rezim Jokowi yang justru dianggap sarat dengan islamofobia. “Kebijakan Jokowi sarat dengan sikap anti Islam. Misalkan ditandai dengan pembubaran ormas yakni organisasi dakwah yang bersikap kritis terhadap penguasa sebagai bagian dari amar makruf nahi mungkar. Kemudian ormas yang menyeru kewajiban untuk menegakkan syariat Islam. Karena dianggap berseberangan dengan kepentingan-kepentingan rezim, kemudian dibubarkan dan dicabut status BHP-nya,” ujarnya.

Selain itu, kata Farid, terjadi juga apa yang oleh banyak pihak disebut sebagai kriminalisasi ulama. “Disebut kriminalisasi karena memang beberapa ulama ditahan di era rezim ini dengan tudingan yang tidak jelas atau cenderung dicari-cari atau tudingan-tudingan yang tidak menampakkan prinsip equal before the law (persamaan di depan hukum), sebagaimana yang terjadi pada Habib Rizieq,” bebernya.

“Demikian juga di rezim Jokowi ini kecenderungan isu radikal radikul yang menyasar pada aktivis-aktivis Islam dan juga aspirasi masyarakat untuk menegakkan syariat Islam, yang  digambarkan sebagai ancaman, itu menguat,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Share artikel ini: