Pada tanggal 1 Februari 2024, Bank Sentral Mesir mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 200 basis poin. Dengan demikian, suku bunga pinjaman semalam ditetapkan sebesar 22,25% dan suku bunga deposito semalam sebesar 21,25%. Hal ini berdasarkan perintah dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Direktur Jenderal Dana Moneter Internasional, Kristalina Georgieva, mengumumkan bahwa “negosiasi untuk meningkatkan nilai program pinjaman Mesir berada pada tahap akhir. Pekerjaan sedang dilakukan untuk membahas rincian terkait implementasinya, bahwa misi IMF telah diperluas ke Mesir untuk mengatasi kompleksitas penerapan perubahan kebijakan, dan Mesir telah setuju untuk mengambil tindakan seiring berjalannya waktu menuju penargetan inflasi dalam kebijakan moneter.”
Kristalina berkata, “Pendapatan Terusan Suez Mesir menurun pada paruh pertama bulan Januari sebesar 100 juta dolar per bulan, dan kerugiannya semakin meningkat.”
Keesokan harinya, pada 2/2/2024, Dana Moneter Internasional mengumumkan dalam sebuah pernyataan, dengan mengatakan: “Kami telah membuat kemajuan luar biasa dengan pihak berwenang Mesir dalam diskusi mengenai paket kebijakan komprehensif yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan di tingkat ahli untuk program reformasi ekonomi. Misi kami akan melanjutkan diskusi dalam beberapa hari mendatang untuk memberikan sentuhan akhir terhadap memorandum mengenai kebijakan ekonomi dan keuangan.”
IMF telah setuju dengan Mesir untuk meminjamkan sekitar 3 miliar dolar selama jangka waktu 46 bulan pada akhir tahun 2022, namun meminta agar nilai pinjaman ditingkatkan menjadi 7 miliar dolar atau lebih dengan perpanjangan program hingga tahun 2028, sebagaimana sumber-sumber pemerintah mengumumkan.
Mesir menderita akibat inflasi dan kenaikan harga yang gila-gilaan dalam penerapan kebijakan Dana Moneter Internasional, yang merupakan lembaga keuangan kolonial yang dijalankan oleh Amerika untuk meningkatkan pengaruhnya di Mesir dan di negara-negara dunia ketiga, yakni negara-negara jajahan, yang berusaha membuat rakyat kelaparan, menghalangi kebangkitan dan kemajuan negara, serta menenggelamkan mereka dalam utang. Sementara rezim Mesir, yang dipimpin oleh Sisi, dicirikan dengan kebodohan dan ketergantungan buta terhadap Amerika dan perintah-perintahnya (hizb-ut-tahrir.info, 2/2/2024).