Mesir: Protes Sporadis Meletus Untuk Minggu Kedua

Demonstrasi sporadis yang menyerukan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi untuk turun, meletus di beberapa kota di seluruh negara itu, pada Jum’at sore. Itu merupakan Jum’at kedua dalam serangkaian demonstrasi langka yang menantang pemerintahan otoriternya. Telah meningkat protes kelas pekerja di lingkungan Warraq, Kairo, yaitu sebuah pulau di Sungai Nil, bersamaan ketika penduduk di lingkungan itu keluar dari masjid setelah sholat Dzuhur, menurut video langsung yang diposting di Facebook, sejumlah media lokal, dan para aktivis setempat yang berbicara kepada para demonstran di sana. “Terlepas bagaimana caranya, kita akan melengserkan Sisi,” teriak kerumunan massa itu. Juga diduga bahwa video langsung yang diposting di Facebook itu dimaksudkan untuk menunjukkan aksi long march di kota Qena, sebuah kota di Mesir Hulu, dan ibu kota dari Provinsi Qena yang terletak di tepi timur Sungai Nil.

Sisi telah memenjarakan ribuan lawan politiknya, serta mengontrol politik dan sebagian besar surat kabar. Sehingga meletusnya protes—meskipun kecil—merupakan tantangan yang menggetarkan bagi otoritasnya. Untuk itu, pemerintah bergerak cepat minggu ini guna mencegah terulangnya protes pekan lalu, dan menangkap lebih dari 2.000 rakyat Mesir, serta memobilisasi semua lingkungan Kairo dengan pasukan keamanan, memblokir atau membatasi layanan Internet. Pemerintah menyalahkan kelompok-kelompok Islam, serta yang lainnya, yang dinilai melakukan provokasi pada hari Jum’at.  Sisi, yang mendarat di Kairo pada hari Jum’at pagi setelah perjalanan selama seminggu ke PBB, tampaknya sudah tidak lagi memiliki peluang.

Pusat kota Kairo, tempat di mana sejumlah demonstran berkumpul pekan lalu, hampir sepi dari petugas polisi, pasukan keamanan khusus, dan informan berpakaian preman yang menjaga jalan-jalan dan alun-alun utama, yang kadang-kadang mereka menghentikan mobil dan para pejalan kaki di sekitarnya. Sementara Alun-alun Tahrir, tempat aksi berbagai protes massal tahun 2011 dan 2013 yang menjatuhkan dua leluhur Sisi, ditutup untuk lalu lintas, bersama dengan jalan dan jembatan di daerah tersebut. Kafe-kafe dan toko-toko di area perbelanjaan yang biasanya sibuk di pusat kota juga ditutup.

Wael Tawfiq, seorang jurnalis lokal yang berbicara kepada para peserta aksi di Warraq, mengatakan ia diberitahu bahwa kerumunan massa di sana jumlahnya ribuan. Dia mengatakan bahwa para demonstran mencoba bergerak menuju jembatan yang mengarah ke pusat Kairo, namun mereka disambut oleh petugas keamanan yang menembakkan gas air mata dan tembakan.

Sebuha halaman Facebook penduduk Warraq mengatakan bahwa “Polisi juga menggunakan peluru karet”. Sementara menurut laporan media resmi pemerintah bahwa “Sisi disambut oleh para pendukung pada hari Jum’at pagi”. Dia mengatakan di bandara, dalam sebuah video yang diposting di halaman Facebook resminya, bahwa rakyat Mesir “lebih paham tentang bagaimana membentuk gambar untuk mengarang kenyataan dan menipu orang”. “Jangan khawatir tentang apa pun. Jangan khawatir”. Bahkan sejumlah media Mesir mengecam aksi protes minggu ini, di mana salah seorang reporter pada hari Jum’at menyebut mereka yang mendukung demonstrasi sebagai “kekuatan jahat”.

Pemerintahan besi Sisi yang dijalankan secara tirani akan segera runtuh, dan tidak akan berjalan lama sebelum runtuhnya. Namun, pertanyaan utama yang menjadi fokus adalah apa yang akan muncul setelah Sisi—akankah tirani yang sama namun dengan perubahan wajahnya atau tegaknya Khilafah ‘ala minhājin nubuwah? (kantor berita HT, 3/10/2019).

Share artikel ini: