Oleh: Indarto Imam (Forum Pendidikan Cemerlang)
Pendidikan Islam berlangsung sepanjang hayat di rumah, di tengah masyarakat dan di lembaga pendidikan. Pendidikan Islam telah sukses menjaga tsaqâfah dan identitas umat Islam sebagai umat terbaik yang pernah ada di dunia. Pendidikan Islam berhasil mempersembahkan peradaban luhur yang mencapai masa keemasan nan gemilang.
Namun, setelah Khilafah dihancurkan, dan sistem pendidikan tidak lagi berpijak pada Islam, melainkan pada sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan), pendidikan telah menghancurkan bangunan tsaqâfah Islam di benak generasi Muslim. Pendidikan sekuler berusaha menggantikan posisi tsaqâfah Islam melalui kebijakan negara penjajah (Barat) dan para penguasa komprador. Mereka melakukan berbagai cara seperti menyebar misionaris di negeri Muslim atas nama penyebaran ilmu dan membangun sekolah-sekolah sekuler. Mereka mengirim pelajar Muslim ke sekolah-sekolah Barat agar saat kembali mereka menjadi orang yang terdidik dengan tsaqâfah Barat. Mereka pun berupaya menyebarkan tsaqafah Barat itu di negeri Muslim sekaligus menyusun kurikulum yang sesat dan merusak. Para komprador itu senantiasa melakukan revisi atas kurikulum dari waktu ke waktu dalam rangka memenuhi keinginan tuan-tuan Barat penjajah mereka. Akibatnya, tidak tersisa satu hubungan pun dengan Islam baik dekat ataupun jauh.
Sistem pendidikan Islam menjamin pelaksanaan kebijakan pendidikan Islam yang menjaga tsaqafah dan identitas umat sekaligus membawa penerapannya ke seluruh dunia. Pada masa lalu, seluruh umat manusia di dalam Khilafah Islam dipengaruhi oleh tsaqafah Islam. Ini karena tsaqafah Islam dibawa oleh tentara yang sekaligus ulama yang tinggal di wilayah taklukan. Mereka mengajarkan Islam dan bahasa Arab. Bahkan mereka membuka sekolah selain membuka pelajaran di masjid-masjid. Sekolah-sekolah ini diberi nama dengan nama para sultan dan khalifah yang mendirikannya, seperti sekolah “Shalahiyah” di Yerusalem yang dinisbatkan kepada Shalahudin Al-Ayyubi. Kala itu bentuk peradaban dan ilmu-ilmu yang tidak bertentangan dengan Islam dipelajari dan diambil. Rasulullah saw. pun pernah mengirim orang untuk belajar industri manjanik ke negara yang sudah sukses membuatnya. Namun, Rasulullah saw. tidak mengirim orang untuk mempelajari moral dan nilai-nilai serta budaya Persia dan Romawi. Khalifah Umar bin al-Khattab pernah memasukkan format daftar kepegawaian ke dalam administrasi Khilafah Islam yang diambil dari Persia tanpa mentransfer budaya mereka.
Khilafah Islam akan memprioritaskan pendidikan dan menjalankan tanggungjawabnya. Ini sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasul saw. sebagai kepala Negara Islam di Madinah saat menetapkan tebusan bagi tahanan di Perang Badar dengan mengajarkan baca-tulis kepada sepuluh orang Muslim. Sebagai kepala Negara Islam, Rasulullah saw. menggratiskan biaya pendidikan dengan pembiayaan dari Baitul Mal.
Pada era Kekhilafahan Islam, Khilafah juga menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan yaitu laboratorium, perpustakaan dan sarana lainnya pengetahuan. Khilafah pun mengawasi kurikulum di sekolah-sekolah dan universitas serta membuat satu kurikulum standar untuk negeri dan swasta. Khilafah tidak mengizinkan pendirian sekolah yang mengajarkan tsaqafah Barat di negeri kaum Muslim. Khilafah pun memutus mata rantai lembaga-lembaga misionaris dan sejenisnya yang terjun dalam lembaga pendidikan dan berusaha untuk merusak anak-anak kita.
Khilafah Islam akan menyiapkan anak-anak Muslim menjadi ilmuwan, termasuk spesialis di semua bidang kehidupan baik dalam hukum Islam, ilmu fikih dan peradilan ataupun dalam sains seperti teknik, kimia, fisika, kedokteran dan sebagainya. Mereka akan menjadi ulama dan ilmuwan yang mumpuni untuk membawa Khilafah Islam menduduki posisi pertama di dunia sekaligus menjadi pemimpin dan berpengaruh karena ideologinya. Itulah era keemasan yang dengan izin Allah SWT— akan hadir untuk kedua kalinya, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
«…ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»
…Kemudian akan datang Khilafah yang berjalan di atas metode kenabian (HR Ahmad).[]