Menyatakan Republik di Suriah adalah Pengkhianatan terhadap Revolusi Islam!

Berita:
Ahmed al-Shara, yang melakukan kunjungan luar negeri pertamanya ke Arab Saudi setelah mengambil jabatan Presiden di Suriah, memberikan pernyataan penting mengenai masa depan Suriah sesuai dengan peta politik yang dia pertahankan dalam sebuah wawancara dengan televisi Suriah. Dengan berjanji untuk mempromosikan ekonomi pasar bebas dan fasilitas investasi, Shara mengatakan, “Suriah adalah negara yang akan mempertahankan keadaan alaminya, bentuk pemerintahan akan menjadi republik, akan ada parlemen, cabang eksekutif, dan otoritas yang bekerja dalam kerjasama satu sama lain.” (Agencies)
Komentar:
Ahmed al-Shara telah mengecewakan rakyat Suriah dan para mujahidin yang tulus dengan pernyataannya setelah operasi militer yang dimulai setelah rakyat Idlib secara gigih meminta pembukaan kembali front yang berlangsung bertahun-tahun dan yang berujung pada pelarian tiran Bashar al-Assad ke Rusia pada 8 Desember 2024. Shara juga terus menyenangkan kaum kafir Barat, terutama Amerika Serikat, dan kolaborator domestiknya di kawasan ini.
Shara, yang mengeluarkan amnesti bagi sisa-sisa rezim begitu ia menjabat dan mengundang rakyat untuk perdamaian dan rekonsiliasi dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan bertindak dengan perasaan dendam, mencoba segala cara untuk memastikan bahwa nama revolusi Suriah tidak dikaitkan dengan Islam. Setiap Muslim yang mengikuti politiknya dengan akal sehat melihat bahwa ia bertindak seolah-olah ia bertanggung jawab kepada Barat dan sistem internasional, bukan kepada rakyat Suriah. Subhanallah!
Ahmad al-Shara tidak menyebutkan keputusan dan solusi Islam dalam setiap pidatonya, seolah-olah ia malu dengan Islam. Ia berbicara seolah-olah akidah dan tatanan Islam tidak mampu menyatukan rakyat Suriah dan memerintah dengan adil, seolah-olah agama Allah tidak menawarkan visi pembangunan. Berbicara seperti ini, ia merendahkan dirinya sendiri dan revolusi Suriah. Tidak peduli penjelasan apa yang dilihat, ada konsesi dan penyerahan! Apa artinya ingin berdamai dengan entitas Yahudi ketika mereka menyerang Suriah, menghancurkan seluruh kekuatan militernya, dan memperluas pendudukan mereka atas Dataran Tinggi Golan? Rakyat Suriah telah berteriak bahwa mereka menginginkan syariah dan khilafah selama 13 tahun, membayar harga yang besar untuk ini, sementara para mujahidin dari seluruh dunia telah berjuang di jalan ini, apa maksudnya dengan mengatakan “Suriah akan menjadi Republik Arab”?
Apa artinya meninggalkan bendera Tauhid dan mengadopsi bendera Sykes-Picot? Apa artinya mengucapkan selamat kepada presiden Amerika Serikat yang sombong, kafir kolonialis, musuh abadi Islam dan umat Islam, yang mengikat Rusia dan Iran, pendukung terbesar Bashar al-Assad, pada rakyat Suriah, yang memberi Turki peran dalam memutarbalikkan revolusi, dan mengatakan bahwa dia percaya bahwa dia akan membawa perdamaian dan stabilitas ke Timur Tengah? Apa artinya terus menggunakan frasa seperti “pemerintah inklusif” dan “negara sipil” untuk mengisyaratkan dan membuat komitmen kepada media Barat bahwa mereka mendukung demokrasi? Di mana Islam dalam hal ini? Di mana kemuliaan dalam hal ini? Di mana pandangan politik dalam hal ini? Jadi, apakah semua pernyataan ini yang konon dibuat untuk kebangkitan Suriah benar-benar akan memuaskan kaum kafir Barat? Tidak! Karena, sebagaimana Allah telah perintahkan dengan jelas:
[وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ]
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah puas denganmu sampai kamu mengikuti agama mereka…” (Al-Baqarah 120)
Setiap konsesi yang dibuat akan mengarah pada konsesi berikutnya. Begitu yang haram dilakukan, yang lainnya akan mudah diterima di hati. Setan akan berbisik bahwa tidak ada jalan lain selain ikut campur di antara orang-orang kafir, dengan mengatakan “keadaan memaksa”. Namun pada akhirnya, orang-orang kafir ini akan memaksa umat Islam untuk menodongkan senjata kepada saudara-saudara mereka sebagai imbalan atas dukungan mereka. Faktanya, pembunuhan para mujahidin di Suriah menunjukkan keadaan ini dengan jelas. Pembunuhan ini akan diarahkan kepada mereka yang menentang Suriah menjadi republik sekuler dan Arab dengan dalih “memerangi terorisme”; mereka yang tidak puas dengan perdamaian dengan orang Yahudi, mereka yang mengingatkan prinsip-prinsip revolusi dan menuntut pendirian Khilafah Islam di Suriah. Ahmad al-Shara berkata, “Kami telah melemparkan debu penghinaan dan kerendahan hati ke atas Damaskus.” kata-katanya dalam bentuk wasiat tidak akan mengubah kenyataan ini. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa perjuangan Islam akan berakhir setelah para diktator digulingkan. Namun, ada banyak bukti yang meyakinkan bahwa condong kepada orang-orang kafir, masuk ke dalam struktur intelektual dan politik mereka, dan menjadikan teman orang-orang kafir alih-alih orang-orang beriman, akan menyebabkan mereka rugi di dunia ini dan di akhirat!
[يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَخُونُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ]
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanatmu, padahal kamu mengetahui.” (Al-Anfal 27)
Saya memohon kepada Allah (swt) untuk memberikan kekuatan dan kebijaksanaan kepada rakyat Damaskus dan mujahidin yang tulus untuk melindungi revolusi Suriah dari pengkhianatan dan jebakan, serta membantu seluruh umat Islam untuk menjalankan syariah.
Ditulis untuk Kantor Media Pusat Hizb ut Tahrir oleh
Muhammad Emin Yildirim
Sumber: hizb-uttahrir.info