Menlu Saudi Sebut Intervensi Militer Bukan Jawaban Selesaikan Konflik Palestina, FIWS: Pengecut!
Mediaumat.info – Pernyataan Menlu Saudi yang menyebut intervensi militer dalam konflik di Gaza, Palestina, bukanlah cara untuk mengakhiri kebiadaban entitas penjajah Yahudi, dinilai Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi sebagai alasan yang dicari-cari oleh para penguasa Arab yang pengecut.
“Ini alasan yang dicari-cari sekaligus alasan para pengecut,” ujarnya kepada media-umat.info, Senin (11/12/2023).
Adalah sebelumnya, Pangeran Faisal bin Farhan al-Saud, Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi, angkat bicara terkait keengganan negara-negara Arab melakukan intervensi militer melawan entitas penjajah Yahudi guna menolong rakyat Palestina di Gaza.
Pangeran Arab Saudi itu mengatakan negara-negara Arab tidak akan menganggap intervensi militer dalam konflik Gaza sebagai cara untuk membujuk Zionis Yahudi agar mengakhiri operasi militernya.
“Kekerasan bukanlah jawabannya, dan kita tidak akan terseret ke dalam siklus ancaman dan perlawanan terhadap ancaman kekerasan dan perlawanan terhadap kekerasan,” kata Pangeran Farhan ketika ditanya apakah negara-negara Arab akan mempertimbangkan untuk mengancam zionis Yahudi dengan intervensi militer di Gaza, seperti dikutip Sputnik, Sabtu (9/12/2023).
Padahal, sambung Farid, secara objektif di dalam konteks kebijakan politik luar negeri suatu negara, justru perang sangat dibutuhkan untuk memutuskan siklus kekerasan.
Dengan kata lain, perang menghentikan gerak musuh yang bakal melakukan penyerangan. Serta, secara niat untuk melakukan kekejian sebagaimana yang dilakukan entitas penjajah Yahudi atas warga Gaza, Palestina, juga akan terhenti.
Karenanya, kembali Farid menyampaikan, peperangan memang dibutuhkan untuk menghentikan kebiadaban dan gerak musuh. “Di situlah kenapa kemudian dibutuhkan peperangan untuk menghentikan kebiadaban atau gerak musuh,” lontarnya.
Perintah Agama
Karena itu pula, yakni untuk memutus siklus kekerasan yang dilakukan musuh ini, umat Islam diperintahkan syariat untuk berperang ketika musuh menyerang.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT di dalam QS al-Baqarah: 190, yang artinya, ‘Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.’
Tentu sebelumnya, diperlukan pula persiapan yang setidaknya seimbang dengan kekuatan musuh. “Kita harus siap-siap untuk berperang melawan musuh, sehingga musuh takut untuk menyerang kita,” ujarnya, seraya mengutip firman Allah SWT di dalam QS al-Anfal: 60 yang artinya:
‘Dan siapkanlah untuk menghadapi kekuatan mereka apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berjanji (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak tahu; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan di jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup Anda dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).’
Berikutnya, selain bertentangan dengan syariat Islam, pernyataan Menlu Arab Saudi dipandang tak masuk akal. “Apa yang dikatakan oleh rezim Saudi ini sungguh sangat tidak masuk akal,” papar Farid.
Pasalnya, saat ini Gaza sedang dibombardir. “Coba kita bayangkan ketika ada yang sedang memukuli saudara-saudara kita, sebutlah memukuli anak-anak kita, atau keluarga kita, kemudian kita enggak melakukan perlawanan,” lontarnya, menganalogikan.
Lantaran itu, sikap rezim negara-negara Arab termasuk Pangeran Farhan yang bergabung dengan rekan-rekannya dari Yordania, Qatar dan Mesir, mencerminkan ketidakwarasan. “Apa yang dilakukan oleh rezim Saudi ini mencerminkan ketidakwarasan,” imbuhnya.
Meski pada saat yang sama bantuan kemanusiaan mampu mengobati yang luka, tetapi menurut Farid, bantuan tersebut tidak mampu menghentikan kejahatan yang dilakukan entitas penjajah Yahudi.
Untuk ditambahkan, negara-negara Arab lahir dari rahim kolonialisme yang diciptakan Barat. Tak ayal, sikap rezim Arab Saudi dan negeri-negeri Muslim lainnya pun memang untuk melayani kepentingan Barat, termasuk menjaga eksistensi zionis Yahudi.
Maka dari situlah pentingnya umat Islam untuk bersatu kembali di bawah naungan khilafah Islam yang akan menyatukan dan memobilisasi pasukan-pasukan militer kaum Muslim. “Dengan mobilisasi pasukan militer inilah yang nyata-nyata bisa menghentikan tindakan kekejaman yang dilakukan oleh entitas penjajah Yahudi ini,” pungkasnya.[] Zainul Krian