Mengungkap Misteri Di Balik Pengunduran Diri Hariri?

Lebanon's Prime Minister Saad al-Hariri gestures as he talks at the governmental palace in Beirut, Lebanon August 10, 2017. Picture taken August 10, 2017. Dalati Nohra/Handout via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. - RC1A8997CCF0

Mediaumat.news – Perdana Menteri Libanon Saad Hariri pada hari Sabtu (4/11) secara tiba-tiba mengumumkan pengunduran dirinya. Hariri membaca pernyataan pengunduran dirinya saat berada di Arab Saudi, dan dalam pernyataannya dia menyerang Iran juga partainya di Lebanon, bahkan dia menyebutkan adanya sebuah rencana untuk membunuhnya.

Pengunduran diri ini datang tanpa basa-basi, apalagi suasana politik internal di Lebanon antara semua pihak begitu harmonis hingga seminggu yang lalu sebelum  mengundurkan dirinya dia menandatangani keputusan yang menunjuk seorang duta besar Lebanon ke Damaskus.

Ini artinya bahwa pengunduran dirinya tidak muncul dari dirinya sendiri, dan tidak ada pemberitahuan, bahkan pemberitahuannya ini setelah dipanggil ke Kerajaan.

Pengunduran diri ini merupakan perlawanan atas kompromi yang dirumuskan tahun lalu yang mengakibatkan terpilihnya sekutu partai Iran Michel Aoun sebagai presiden dan pembentukan pemerintah bergiliran.

Kompromi ini dirumuskan oleh Amerika pada akhir era Obama dan dengan cepat berada dalam situasi internasional dan realitas regional tertentu, terutama yang berkaitan dengan situasi di Suriah.

Kompromi tersebut telah diterjemahkan oleh Lebanon sebagai kemenangan bagi poros sekutu rezim Suriah, yang menyebabkan Saad Hariri kehilangan popularitasnya secara signifikan.

Hariri dan poros kekuatannya telah melakukan sejumlah tindakan politik untuk mendapatkan kembali sebagian dari apa yang telah hilang, namun semua tindakan ini tidak menghasilkan buah, bahkan popularitas poros kekuatannya dalam kondisi terburuk.

Sehingga dia harus mengembalikan produktivitas poros kekuatannya, mengambangkannya secara politik, dan tidak meninggal kaum Muslim yang menolong revolusi Syam dengan mengikuti arahan pemerintah Arab Saudi dan Amerika yang di belakangnya.

Sejak saat itu, pemerintah Amerika dan pandangannya terhadap situasi di Suriah berubah. Pemerintahan Trump dan Partai Republik umumnya cenderung menunjukkan permusuhan dengan Iran, meski di balik layar tetap berkoordinasi dengannya, di mana hal ini bertentangan dengan pemerintahan Obama.

Tampaknya Amerika sangat puas dengan usaha Turki-Rusia untuk menerapkan politik pembendungan revolusi Suriah dalam skema “daerah-daerah pengurangan eskalasi”. Inilah yang sebelumnya membuat ketergantungan pada Iran dan partainya perlu dibatasi tanpa menyingkirkannya. Bukti terkait politik tersebut adalah penolakan Trump untuk menandatangani perjanjian nuklir dengan Iran dan merujuknya ke Kongres AS, yang berarti bahwa dia mengambil jalan yang bertentangan dengan pemerintah pendahulunya, Obama, yang melaksanakan kesepakatan untuk melepas kekuatan Iran di kawasan timur tengah agar Iran menjadi poros utama Amerika dalam perang melawan Islam dan kaum Muslim, terutama di Suriah. Dengan demikian, pengunduran diri Hariri masuk dalam konteks ini.

Entitas Lebanon adalah entitas rapuh dan lemah dan tidak dapat berkuasa melalui pihak-pihak internal karena struktur sektariannya. Selama tahun 2017, berbagai kunjungan para pejabat AS dan kemudian mereka mengintervensi politik dalam negeri Lebanon, maka realita ini sangat jelas bagi semua yang mencermatinya. Amerika secara tradisional telah melakukan intervensi dan mengatur Lebanon secara tidak langsung, melalui sebuah negara regional.

Amerika mengandalkan pada Mesir Abdun Nasser pada tahun 1960-an. Kemudian mengokohkan dominasinya di Lebanon pada tahun 1990-an dan awal 2000-an yang menggunakan rezim Suriah melalui Kesepakatan Taif tahun 1989, di mana Arab Saudi (Fahd bin Abdul Aziz) adalah bagian di dalamnya.

Dalam beberapa bulan terakhir, laju kunjungan politisi Lebanon ke Arab Saudi telah meningkat dan meningkat pula pernyataan para pejabat luar negeri Arab Saudi sehubungan dengan dalam negeri Lebanon. Bahkan pengunduran diri tersebut diumumkan dari Arab Saudi melalui Channel TV Al Arabiya milik Arab Saudi.

Dengan demikian, maka tempat di mana pengunduran dirinya diumumkan mengindikasikan bahwa urusan dalam negeri Lebanon telah berada dalam genggaman Arab Saudi, Salman, yang di belakangnya adalah Amerika.

Sejak awal krisis, suara-suara dalam negeri telah meningkat mengenai status pound Lebanon dan kemungkinan bahwa Arab Saudi akan menggunakan senjata ekonomi melawan Lebanon. Ancaman ini dimaksudkan untuk memaksa dalam negeri Lebanon mematuhi perintah-perintah yang akan datang kemudian.

Setelah Saad Hariri membacakan pernyataan pengunduran diri, maka diumumkan penangkapan beberapa pangeran atas tuduhan korupsi, menurut pengumuman pihak berwenang Saudi, serta diumumkan pula penargetan bandara Raja Khalid di Riyadh dengan sebuah rudal balistik dari Yaman.

Sungguh, waktu pengunduran diri ini tidak kebetulan, namun waktunya dan waktu jatuhnya roket adalah untuk menutupi sejumlah penangkapan, termasuk penangkapan komandan Garda Nasional, Muteb bin Abdullah.

Namun, bentuk pengunduran diri tersebut terjadi adalah akibat dari lemahnya pelaksanaan. Semua ini kembali pada lemahnya dan kurangnya pengalaman Trump, Putra Mahkota Muhammad bin Salman, dan Saad Hariri sendiri.

Singkatnya, pengunduran diri Saad Hariri dari memimpin pemerintah Lebanon datang melalui perintah dari Arab Saudi, Salman, yang di belakangnya Amerika:

Pertama, mengambangkan poros kekuatan politisnya di Lebanon.

Kedua, sejalan dengan kepentingan Amerika dan cara pemerintahannya di Timur Tengah, di mana semua itu dilakukan untuk merancang kembali peran Iran di kawasan Timur Tengah.

Ketiga, mengokohkan dominasi Arab Saudi atas Lebanon dan pengelolaan urusan dalam negerinya sesuai dengan kepentingan Amerika.

Pengunduran diri Saad Hariri ini menegaskan bahwa Lebanon adalah negara rapuh, sehingga mudah ditembus, sebab tidak memiliki bentuk kedaulatan dan kemerdekaan sedikit pun, bahkan hampir tidak mungkin bagi entitas ini untuk melepaskannya diri dari pengaruh Barat di bawah strukturnya saat ini, yang dari waktu ke waktu selalu meminta intervensi Barat untuk mengatur urusannya, sehingga semuanya bergantung pada kepentingan Barat sendiri.

Siklus ini berulang sejak akhir-akhir negara Utsmani, dan intervensi Prancis-Inggris di gunung Lebanon berjalan melalui pengumuman Jenderal Prancis Henri Gouraud atas negara besar Lebanon pada tahun 1920, serta deklarasi yang disebut kemerdekaan pada tahun 1943 setelah tekanan Inggris pada Prancis sampai hari ini setelah Amerika mewarisi wilayah-wilayah pengaruh kolonialisme kuno.

Dengan demikian, bahwa semua ini tidak akan membawa apa-apa sedikitpun terhadap rakyat di negara tersebut selain kesengsaraan, kesempitan hidup, kehilangan dan ketidakstabilan. [Abdul Lathif Daouk-Muhammad Bajuri]

Sumber: alraiah.ne

Share artikel ini: