Mediaumat.info – Wakil Ketua Umum Dewan Pertimbangan MUI Pusat KH Muhyidin Junaidi menilai usai penggulingan rezim Bashar Assad di Suriah, tidak bisa membangun Suriah menggunakan zero enemy policy (kebijakan nol musuh).
“Namun menggunakan zero enemy policy untuk membangun Suriah, itu tidak bisa. Karena yang diharapkan dari rakyatnya, bukan sekadar menjatuhkan Bashar Assad yang zalim, tetapi lebih daripada itu,” tuturnya dalam Diskusi Online Media Umat: Masa Depan Suriah Pasca Bashar Assad, Ahad (15/12/24) di kanal YouTube Media Umat.
Menurutnya, sekitar 65 persen rakyat Suriah sejak 2011 hidup di bawah garis kemiskinan, ironis, angka kemiskinan ini, dijadikan senjata baru oleh negara adidaya sebagai alat untuk menekan pemimpin Suriah, terutama dari HTS dan juga dari kelompok-kelompok yang lain. Oleh karena itu, kalau Al-Jaulani tidak mendapatkan simpatisan dari rakyatnya, terlebih rakyatnya itu sudah begitu besar harapan untuk mendapatkan keamanan, ketenteraman, kesejahteraan dari rezim yang baru, tetapi jika Al-Jaulani tidak mampu memenuhi harapan tersebut, yang akan terjadi adalah pemberontakan dari dalam negeri.
“Muhammad al-Jaulani mencoba untuk melakukan rebranding, dengan cara mengambil hati masyarakat Suriah, yang sudah hampir setengah abad hidup di bawah teror dan ancaman,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, Al -Jaulani sangat hati-hati bicara untuk menggunakan narasi-narasi jihad, karena ada sebagian warga yang sudah fobia terhadap narasi tersebut. Mereka menemukan kalimat jihad itu diucapkan berulang-ulang kali, yang ternyata pada kenyataan di lapangan hanya menghasilkan perpecahan, pertumpahan darah, dan lain sebagainya, dan tidak membawa kemakmuran.
“Maka Al-Jaulani mencoba untuk menempatkan dirinya sebagai seorang negarawan, untuk menyelamatkan dirinya, menyelamatkan rakyatnya untuk masa tertentu,” tutupnya.[] Novita Ratnasari
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat