Oleh: Indarto Imam (Ketua Forum Pendidikan Cemerlang)
Mengenalkan mabda’ Islam kepada anak adalah tugas pertama dan utama orangtua. Rasulullah saw. bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi.” (HR al-Bukhari).
Ibu memegang peranan yang sangat penting sebagai peletak dasar pendidikan dan penanaman nilai-nilai Islam serta tempat pengkaderan pejuang-pejuang umat. Ibu seharusnya memiliki visi dan misi yang jelas dalam mendidik anak sehingga anak akan terarah dengan pasti setahap demi setahap menuju tujuan dan target yang diinginkan.
Tujuan mengenalkan mabda’ Islam adalah dalam rangka membentuk pola pikir dan pola sikap yang islami (membentuk kepribadian Islam) pada diri anak. Selanjutnya dengan pembentukan ini, anak akan siap mengemban Islam sebagai kaidah berpikir dan kepemimpinan berpikirnya. Oleh karena itu, pengenalan mabda’ Islam kepada anak dilakukan dengan mengenalkan dan menanamkan akidah dan syariah Islam dalam beberapa tahap perkembangan anak.
1. Masa mengandung dan melahirkan
Penanaman akidah dilakukan sejak anak masih dalam kandungan ibunya melalui lantunan asma-asma Allah yang disenandungkan sang ibu. Ibu harus banyak-banyak berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT supaya bayi yang ia kandung mengenal Allah dan kelak dapat menjadi pejuang agama-Nya.
Sesaat setelah bayi lahir Rasulullah saw. mengajarkan agar memperdengarkan azan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya. Ini dimaksudkan agar kalimat pertama yang didengar anak adalah kalimat tauhid, yang merupakan bagian dari penanaman akidah terhadap anak.
Selanjutnya pada masa-masa awal pertumbuhannya, penanaman akidah dapat terus dilanjutkan dengan sering memperdengarkan bacaan al-Quran dan kalimat thayyibah.
2. Usia dini; masa pembentukan dasar-dasar kepribadian Islam.
Masa ini dikenal dengan “golden age” atau periode emas, karena perkembangan kecerdasan anak sangat pesat. Usia ini juga merupakan fase “mengulang” dan “meniru”. Karena itu, keteladanan dan pemberian informasi adalah cara yang sangat efektif. Hapalan surat-surat pendek, hadis, doa sehari-hari; kisah para Rasul, sahabat, pahlawan Islam dapat disampaikan untuk memberikan figuritas kepada anak.
Pengkondisian lingkungan juga tak kalah pentingnya karena anak perlu bersosialisasi dan bermain di lingkungan yang baik. Dalam lingkungan yang baik, pembiasaan amal-amal salih akan lebih kondusif. Anak laki-laki mulai diajak untuk shalat berjamaah di masjid atau mushala terdekat bersama kakak atau ayahnya agar anak terbiasa dengan suasana masjid dan syiar Islam.
Sesekali anak juga dapat diajak untuk mengikuti kegiatan dakwah orangtuanya seperti tablig akbar, pawai dan kegiatan lainnya yang dapat menggugah semangat anak untuk berjuang di jalan Allah.[]