Membongkar Berbagai Mitos Tentang Khilafah, Mitos Pertama: “Khilafah adalah Negara Terbelakang!”
Oleh Dr. Nazreen Nawaz
Carly Fiorina, CEO Hewlett-Packard sebelumnya, berkomentar tentang Peradaban Islam yang ada karena kepemimpinan unik negara Khilafah Islam. Dia mengatakan:
“Pernah ada peradaban terbesar di dunia. Peradaban itu mampu menciptakan sebuah Negara super antar benua yang membentang dari samudra ke samudra, dan dari iklim utara ke iklim tropis dan gurun. Di dalam wilayah kekuasaannya hidup ratusan juta orang, dari berbagai kepercayaan dan etnis.
Salah satu bahasanya menjadi bahasa universal di sebagian besar dunia, yang menjembatani antara orang-orang yang berasal dari seratus negara. Pasukannya terdiri dari orang-orang berbagai bangsa, dan perlindungan militernya memungkinkan tingkat kedamaian dan kemakmuran yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Jangkauan perdagangan dari peradabannya sangat luas dari Amerika Latin hingga ke Cina, dan di berbagai wilayah diantara keduanya.
Dan peradaban ini didorong lebih dari apapun, oleh berbagai penemuan. Para arsiteknya merancang bangunan yang menantang gravitasi bumi. Para ahli matematikanya menciptakan aljabar dan algoritma yang memungkinkan dibuatnya komputer, dan enkripsi. Para dokternya memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat-obat baru untuk berbagai penyakit. Para ahli astronominya mengamai langit, memberi nama berbagai bintang, sehingga membuka jalan untuk perjalanan dan eksplorasi luar angkasa.
… Saat Negara-negara lain takut akan berbagai ide, peradaban ini berkembang pesat, dan membuat mereka tetap hidup. Saat berbagai sensor mengancam untuk menghapus ilmu pengetahuan dari peradaban masa lalu, peradaban ini membuat pengetahuan tetap hidup, dan meneruskannya kepada bangsa-bangsa lain.
Saat peradaban Barat modern memiliki banyak ciri ini, peradaban yang saya bicarakan adalah dunia Islam yang ada dari tahun 800 M hingga tahun 1600 M, termasuk Imperium Utsmani dan istana-istana di Baghdad, Damaskus dan Kairo, dan para penguasa yang mencerahkan seperti Sulaiman yang Agung.
Meskipun kita sering tidak menyadari utang kita kepada peradaban lain ini, kontribusinya sangat banyak dan menjadi bagian dari warisan peradaban kita. Industri teknologi tidak akan pernah ada tanpa kontribusi dari para ahli matematika Arab … Para pemimpin seperti Sulaiman berkontribusi pada pemahaman kita tentang toleransi dan kepemimpinan sipil.
Dan mungkin kita bisa memetik pelajaran dari teladannya: Itu adalah kepemimpinan yang didasarkan pada meritokrasi, bukan warisan. Itu adalah kepemimpinan yang memanfaatkan kemampuan penuh dari penduduknya yang sangat beragam.
Kepemimpinan yang mencerahkan ini – kepemimpinan yang memelihara budaya, keberlanjutan, keragaman, dan keberanian – menghasilkan berbagai penemuan dan kemakmuran selama 800 tahun.
Di masa-masa kelam dan serius seperti sekarang ini, kita harus menegaskan komitmen untuk membangun masyarakat dan institusi yang menginginkan kebesaran semacam ini. ”
• Ini adalah penghargaan tinggi Islam untuk mencapai kemuliaan Islam dan bentuk pengetahuan lainnya yang meletakkan dasar bagi penghargaan Khilafah akan pentingnya pendidikan. Nabi (saw) bersabda,
«وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ»
“Barangsiapa meniti jalan dalam menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalan baginya ke surga” (HR. Muslim)
Islam juga mendorong kaum pria dan wanita untuk mempelajari dunia di sekitar mereka dan memberi manfaat bagi umat manusia di semua bidang – termasuk sains, kedokteran, industri, dan teknologi.
• Khilafah memandang pendidikan sebagai hak dasar setiap individu serta sangat penting bagi kesejahteraan sosial dan kemajuan material masyarakat mana pun. Pendidikan gratis di tingkat dasar dan menengah telah diwajibkan bagi anak laki-laki maupun perempuan. Pendidikan ini mencakup mata pelajaran seperti berbagi disiplin ilmu Islam, Bahasa Arab, matematika, dan ilmu eksperimental seperti biologi, kimia dan fisika. Negara juga berusaha sebaik-baiknya mendanai pendidikan tingkat tinggi gratis untuk kaum pria maupun wanita.
“Merupakan kewajiban bagi Negara untuk mengajarkan kepada setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, hal-hal utama yang diperlukan untuk kehidupan. Hal ini harus menjadi kewajiban dan disediakan secara gratis di tingkat pendidikan dasar hingga menengah. ” [Pasal 178, Rancangan Konstitusi Al-Khilafah Hizbut Tahrir]
• Khilafah memandang investasi besar dalam spesialisasi, dan penelitian dan pembangunan sebagai bagian integral dari vitalitas dan kesehatan negara dan akan menyediakan banyak lembaga kejuruan, industri dan teknis serta universitas dan pusat-pusat penelitian di seluruh wilayah provinsi untuk mencapai tujuan ini.
“Negara harus menyediakan sarana pengembangan ilmu pengetahuan, seperti perpustakaan dan laboratorium, selain sekolah dan perguruan tinggi, yang memungkinkan mereka yang ingin melanjutkan penelitiannya di berbagai bidang ilmu, seperti fiqh, hadits dan tafsir Al-Qur’an, filsafat, kedokteran, teknik dan kimia, dan berbagai penemuan, dll. Hal ini dilakukan untuk menciptakan banyak mujtahidin, ilmuwan dan penemu yang luar biasa. ” [Pasal 179, Rancangan Konstitusi Al-Khilafah Hizbut Tahrir]
• Penghargaan tinggi Khilafah untuk pendidikan, penelitian dan pengembangan tercermin dalam besarnya investasi untuk pembangunan sekolah, perguruan tinggi, madrasah, universitas, perpustakaan, dan observatorium serta dalam pelatihan guru selama berabad-abad pemerintahan Islam. Banyak ‘Rumah Pengetahuan’ (Darul Ilmi) didirikan pada abad ke-9 dan ke-10 di berbagai provinsi bagian Timur dan Barat Kekhalifahan. Khalifah Harun al-Rashid, salah seorang penguasa di awal pemerintahan Abbasiyah memerintahkan setiap masjid terhubung dengan sebuah sekolah. Wazir Nizam al-Mulk pada abad ke-11 mendirikan sistem pendidikan tinggi di seluruh dunia Muslim, termasuk di kota-kota seperti Baghdad, Mosul, Basra, dan Herat. Khalifah Nur al-Din pada abad ke-12 mengikuti jejaknya dengan mendirikan banyak lembaga serupa di Damaskus dan kota-kota besar lainnya. Pada abad ke-10, di bawah pemerintahan Islam, Cordoba sendiri memiliki 70 perpustakaan. Perpustakaan terbesar memiliki 600.000 buku, sementara sebanyak 60.000 risalah, puisi, polemik, dan kompilasi diterbitkan setiap tahun di Andalusia. Perpustakaan Kairo memiliki lebih dari 100.000 buku, sedangkan perpustakaan Tripoli disebutkan memiliki sebanyak 3 juta buku, sebelum dibakar selama Perang Salib.
“Kebebasan besar inilah yang mereka [Muslim] tunjukkan dalam mendidik masyarakat mereka di sekolah-sekolah yang merupakan salah satu faktor paling kuat dalam pertumbuhan peradaban mereka yang cemerlang dan cepat. Pendidikan tersebar secara universal sehingga disebutkan adalah sulit untuk menemukan seorang Muslim yang tidak dapat baca tulis. ” kata E. H. Wilds, seorang Pendidik, pada buku “The Foundation of Modern Education ”
• Di bawah pemerintahan Khilafah, sejumlah universitas bergengsi, yang terkenal di dunia internasional karena keunggulan akademisnya, didirikan di seluruh provinsi dan menjadi pusat pembelajaran bagi kaum elit intelektual dunia dan menjadi institusi tempat berkumpulnya para mahasiswa dari seluruh dunia. Universitas-universitas itu termasuk Universitas Al-Qarawiyyin di Maroko yang dibangun pada tahun 859 M, Universitas Al-Azhar di Mesir didirikan pada tahun 975 M, Universitas Mustansiriya di Baghdad yang didirikan pada tahun 1233 M, Universitas Sankore di Timbuktu, Mali yang dibangun pada tahun 1327 M, dan Universitas Istambul di Turki yang didirikan pada tahun 1453 M. Khalifah mengalokasikan dana tambahan untuk pendidikan dari kas negara untuk menjalankan sekolah dan institusi ini. Institusi pendidikan itu juga didanai oleh sumbangan pribadi dari warga negara, karena umat Islam sangat menjunjung tinggi pendidikan. Semua ini menjadikan Khilafah pusat pendidikan terkemuka di dunia dan menjadi negara terkemuka pada masanya dalam berbagai penemuan, dan perkembangan dalam ilmu fisika, kimia, teknologi, kedokteran, matematika, astronomi, arsitektur, geografi, pertanian, sastra, dan banyak bidang lainnya.
“Di salah satu titik paling selatan dari negeri Muslim terdapat Universitas Sankore, di Timbuktu, dan itu adalah institusi intelektual di Mali, Ghana, dan Songhay. Institusi itu dikembangkan dari Masjid Sankore, yang didirikan pada tahun 989 M oleh hakim ketua pengadilan Timbuktu, Al-Qadi Aqib ibnu Mahmud ibnu Umar. Institusi pendidikan itu berkembang pesat dan pada abad ke-12 M, jumlah mahasiswanya mencapai 25.000 orang, suatu jumlah yang sangat besar di kota berpenduduk 100.000 orang. Universitas itu memiliki beberapa perguruan tinggi independen, yang masing-masing dikelola oleh seorang setingkat master. Mata pelajaran yang diajarkan termasuk Alquran, studi Islam, hukum, sastra, kedokteran dan bedah, astronomi, matematika, fisika, kimia, filsafat, bahasa dan linguistik, geografi, sejarah, dan seni. Gelar tertinggi, setara dengan Ph .D., yang perlu waktu sekitar sepuluh tahun yang mendapatkannya, dan menghasilkan para sarjana kelas dunia yang diakui oleh berbagai terbitan atas ilmunya. ” (Dikutip dari buku ‘1001 Inventions: Muslim Heritage in our World’)
“Masa kejayaan Baghdad adalah 1.200 tahun yang lalu saat kota itu menjadi ibu kota peradaban Muslim yang berkembang pesat. Selama sekitar 500 tahun kota ini membanggakan buah intelektualitas dan budaya, suatu reputasi yang diperoleh selama pemerintahan beberapa Khalifah paling terkenal (Al-Rashid, Al-Ma’mun, Al-Mu’tadhid dan Al-Muktafi). Sebagai salah satu kota terbesar dan terkaya di dunia pada saat itu, Bagdad memiliki kekayaan yang melampaui nilai uang. Selama lebih dari dua abad, kota itu menjadi Baitul Hikmah (House of Wisdom), sebuah akademi pengetahuan yang menarik para intelektual dari berbagai wilayah. Dari matematika dan astronomi hingga zoologi, akademi ini menjadi pusat utama penelitian, pemikiran, dan perdebatan dalam Peradaban Muslim. ” (1001Inventions.com)
Baitul Hikmah di Baghdad: Khalifah Abbasiyah Harun al-Rashid mendirikan Baitul Hikmah di Baghdad selama masa pemerintahannya (786-809 M). Itu adalah pusat penelitian dan pendidikan dimana para sarjana terkemuka dari berbagai bidang datang untuk berbagi pengetahuan. Baitul Hikmah adalah gudang buku terbesar di seluruh dunia pada pertengahan abad kesembilan. Itu adalah pusat pendidikan terkemuka untuk studi matematika, astronomi, kedokteran, alkimia, kimia, zoologi, geografi, dan kartografi. Sayangnya, bangsa Mongol menghancurkan Baitul Hikmah saat mereka menyerang Baghdad pada tahun 1258 M. Di Baitul Hikmah itu, para penerjemah, ilmuwan, ahli Taurat, penulis, sastrawan, penulis, penyalin dan lain-lain biasa bertemu setiap hari untuk melakukan penerjemahan, membaca, menulis, membuat transkripsi, berwacana, berdialog dan berdiskusi. Banyak manuskrip dan buku dalam berbagai mata pelajaran ilmiah dan konsep dan gagasan filosofis, dalam berbagai bahasa diterjemahkan di sana. Orang-orang dari seluruh peradaban Muslim berbondong-bondong datang ke Baitul Hikmah – baik kaum pria maupun wanita dari berbagai agama dan etnis. (Dari Muslimheritage.com dikutip oleh 1001Inventions.com)
“Selama semua bagian pertama Abad Pertengahan, tidak ada bangsa lain yang memberikan kontribusi penting kepada kemajuan manusia sebagaimana kontribusi yang diberikan oleh orang-orang Arab …. selama berabad-abad, bahasa Arab menjadi bahasa pembelajaran, budaya, dan kemajuan intelektual bagi seluruh bangsa, dunia beradab, dengan pengecualian di Timur Jauh … ” Dikutip dari “Short History of the Arabs” oleh Philip K. Hitti, Profesor Budaya Arab abad ke-20.
Ide dan sistem Islam berdampak besar bagi perkembangan kesehatan yang paling mendasar. Nabi (Saw) menetapkan melalui hadistnya dan tindakannya menjadi dasar kesehatan dan perawatan medis. Pada abad pertama pemerintahan Islam, kita menyaksikan pendirian berbagai Bimaristan (rumah sakit umum) dan klinik dari berbagai jenis. “Kesimpulannya, petunjuk kesehatan dan medis Nabi Saw menjadi pilar utama dari kebangkitan medis dan kesehatan yang disaksikan oleh dunia di kemudian hari. Arahan (dari Nabi) dianggap sebagai mata air yang dikonsumsi oleh para dokter dari generasi ke generasi, dan berfungsi sebagai kunci yang memfasilitasi penelitian dan penyelidikan di berbagai bidang kesehatan dan medis, karena setiap hari sains membuktikan kehebatan arahan ini dan kredibilitas ilmiahnya. ” Dikutip dari Health and Medical Care in the First Century AH: Tesis Profesor Asma Yousef Ahmed Al Diab.
Berbagai rumah sakit di bawah pemerintahan Khilafah berfungsi sebagai model bagi rumah sakit yang didirikan di berbagai wilayah Eropa, khususnya di Italia dan Prancis selama abad ke-14. Tentara Salib terinspirasi oleh rumah sakit megah penguasa Saljuk Nur al-Din di Damaskus dan rumah sakit Mamluk Sultan al-Mansur Qala’unin di Kairo. Pada tahun 1284 H, Rumah Sakit al-Mansuri dibangun dengan empat pintu masuk, masing-masing memiliki air mancur di tengahnya. Khalifah memastikan bahwa rumah sakit itu dikelola dengan baik oleh para dokter dan dilengkapi berbagai peralatan secara penuh untuk perawatan orang-orang sakit. Dia menunjuk petugas pria dan wanita untuk melayani para pasien pria maupun wanita yang ditempatkan di bangsal-bangsal terpisah. Tempat-tempat tidur memiliki kasur dan area khusus yang dirawat. Air yang mengalir disediakan di semua bagian rumah sakit. Di salah satu bagian gedung itu, para tabib diberikan ruangan untuk mengajar dan memberikan ceramah. Tidak ada batasan jumlah pasien yang dapat dirawat, dan apotek di rumah sakit itu menyediakan obat-obatan yang bisa dibawa pulang oleh pasien (1001 Inventions: Muslim Heritage in Our World)
“Islam memimpin dunia dalam menciptakan rumah sakit yang baik dan menyediakan kebutuhan bagi mereka.” Will Durant, filsuf, sejarawan, dan penulis Amerika
Penjelasan tentang Rumah Sakit al-Qayrawan yang dibangun di Tunisia pada abad ke-9 di masa pemerintahan Khilafah: “Rumah sakit al-Qayrawan abad ke-9 adalah suatu institusi kesehatan yang canggih, yang memiliki aula yang terorganisir dengan baik termasuk ruang tunggu untuk para pengunjung, pra perawat wanita dari Sudan, dan masjid bagi pasien untuk beribadah dan belajar, para dokter reguler, dan tim Fuqaha al-Badan, sekelompok imam yang mempraktikkan kedokteran dan yang layanan medisnya termasuk operasi pengangkatan darah pasien untuk tujuan terapeutik, bagian tulang dan kauterisasi. Institusi itu juga memiliki bangsal-bangsal khusus untuk para penderita kusta yang disebut Dar al-Judhama, yang dibangun di dekat rumah sakit al-Qayrawan, di saat di wilayah lain kusta dianggap sebagai tanda kejahatan yang tidak dapat diobati. Institusi itu dibiayai oleh kas negara, dan oleh orang-orang yang memberikan infak untuk meningkatkan pendapatan rumah sakit sehingga perawatan terbaik dapat diberikan. ” (1001 Inventions: Muslim Heritage in Our World)
Asal mula penggunaan “Vaksinasi” untuk mencegah penyebaran penyakit menular: “Orang Turki Ottoman di Anatolia mengerti metode inokulasi. Mereka menyebutnya sebagai Ashi, atau mengukir, dan mereka mewarisinya dari suku-suku Turki yang lebih tua …. Orang-orang Turki disuntik dengan sedikit penyakit cacar, yang menghasilkan bentuk penyakit yang ringan, namun terlindung dari bentuk cacar yang lebih serius. Jenis inokulasi, yang disebut variolation, berasal dari virus variola yang menghasilkan cacar, yang diperkenalkan ke Inggris oleh Lady Montagu, seorang penulis surat dari Inggris terkenal dan istri duta besar Inggris di Istanbul antara tahun 1716 M dan 1718 M. Dia menjadi sangat tertarik dengan inokulasi cacar setelah menyetujui putranya diinokulasi oleh ahli bedah kedutaan, Charles Maitland. Saat berada di Istambul, Lady Montagu mengirim serangkaian surat ke Inggris di mana dia menjelaskan proses tersebut secara rinci …. Suatu terobosan datang ketika deskripsi ilmiah dari proses inokulasi diserahkan ke Royal Society pada tahun 1724 M oleh Dr. Emmanuel Timoni, yang pernah menjadi dokter keluarga Montagus di Istambul. Hal ini diperkuat lebih lanjut oleh Cassem Aga, Duta Besar Tripoli, yang memberikan laporan langsung tentang inokulasi dan catatan keamanannya di Tripoli, Tunis, dan Aljir, yang memberikan jaminan berharga tentang catatan keamanan yang panjang dari praktik yang dilakukan di negara-negara Muslim … ”( Inoculation from East to West, 1001Inventions.com)
أقيموا_الخلافة #
غرد النص عبر تويتر
#ReturnTheKhilafah
#YenidenHilafet
خلافتکوقائم_کرو#
Ditulis untuk Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir oleh Dr. Nazreen Nawaz
Direktur Divisi Muslimah Kantor Pusat Media Hizbut Tahrir
Diterjemahkan dari: http://www.hizb-ut-tahrir.info/en/index.php/site-sections/articles/khilafah/20973.html