Mediaumat.news – Menanggapi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang memberikan ucapan selamat atas ulang tahun Partai Komunis China (PKC) ke-100 tahun, Ulama sekaligus Cendekiawan Muslim KH. Syamsuddin Ramadhan menyebut, hal itu secara akidah dilarang dan tidak diperkenankan dalam Islam.
“Itu jelas-jelas satu perkara yang secara akidah itu dilarang, tidak diperkenankan di dalam Islam,” ujarnya dalam acara Islamic Lawyer Forum (ILF) edisi 34: Ucapan Selamat Ulang Tahun kepada Partai Komunis China, Melanggar Hukum? Sabtu (24/7/2021) di kanal YouTube LBH Pelita Umat
Menurut Kyai Syamsuddin, seorang muslim seharusnya tolok ukur atau sudut pandangnya itu harus selalu beranjak pada tolok ukur yang hakiki, yaitu akidah dan syariat Islam. Termasuk saat mempresepsikan ucapan selamat ulang tahun Megawati kepada Partai Komunis China tersebut.
“Itu semua harus kita pandang, kita persepsi, kemudian kita sikapi berdasarkan akidah dan syariat Islam, kita tidak boleh pakai yang lain” ucapnya.
Mengutip firman Allah dalam QS, Hud ayat 113 yang artinya: “Janganlah kamu itu cenderung atau condong kepada orang-orang yang zalim” , Kyai Syamsuddin mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan orang yang zalim itu adalah orang yang menyekutukan Allah SWT. Sehingga dalam ayat ini Allah melarang hati orang mukmin itu untuk condong kepada segala bentuk kesyirikan.
Ia menilai, Partai Komunis China adalah suatu partai pengusung suatu ideologi yang menyekutukan Allah dan tidak percaya sama Allah. Sehingga kata Kyai Syamsuddin, jangankan mendukung atau memberikan selamat, bahkan condong hati saja menurut para ulama tidak diperkenankan.
Kyai Syamsuddin mengingatkan, bahwa tidak hanya partai komunis yang menyekutukan Allah, tapi partai sekuler juga termasuk menyekutukan Allah. Menurutnya kaum Muslim sekarang ini lebih fokus kepada komunisnya tapi lupa pada isme-isme lain yang juga membuat kaum Muslim terpuruk dan menderita.
“Jadi kita juga mestinya jangan memberikan ucapan selamat yang dalam konteks itu sampai memberikan sifat kagum kepada partai itu atau pada organisasi itu,” pungkasnya. []Agung Sumartono