Mediaumat.id – Keinginan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri membangun patung ayahnya di seluruh daerah dinilai Filolog Salman Iskandar sebagai glorifikasi agar tokoh sekuler tersebut tetap dikenang sebagai proklamator.
“Pembuatan patung Soekarno itu adalah glorifikasi atau pun bentuk pemuliaan terhadap sosok dirinya agar tetap dikenang sebagai proklamator negeri ini,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Sabtu (30/10/2021).
Menurutnya, dalam terminologi syariat, sosok manusia (Muslim) yang telah wafat itu, siapa pun orangnya, cukup didoakan semoga amal shalihnya diterima, dikenang segala kebaikannya, sekaligus ditutupi semua keburukannya. “Tidak perlu dimuliakan dalam bentuk glorifikasi dengan membuatkan patung untuknya,” ujarnya.
Salman melihat Soekarno sebagai tokoh nasionalis sekuler yang tidak suka pada formalisasi syariat Islam. “Sosok Soekarno itu telah lazim diketahui sebagai seorang Muslim abangan, pengusung ide kebangsaan netral agama atau nasionalis sekuler yang tidak suka dengan formalisasi syariat,” ungkapnya.
Jika merujuk pada perdebatan ideologis antara Mohammad Natsir vs Soekarno, kata Salman, tokoh terkemuka Masyumi itu menjuluki Bung Karno sebagai sosok kemalisten, pengagum ide sekularisme Kemal at-Taturk di Turki. “Terbukti dalam pidato politiknya di Amuntai pada 27 Januari 1953, Soekarno secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap konsep negara Islam,” jelasnya.
Bahkan, menurutnya, Soekarno memonsterisasi konsep negara Islam dengan pernyataan, jika hal tersebut diberlakukan maka Indonesia bisa pecah. “Pernyataan tendensius itu langsung memicu kegaduhan dan polemik di antara kubu islamis vs kubu nasionalis,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it