Mediaumat.info – Memo pembatasan diksi harian internasional The New York Times terhadap para jurnalisnya yang memberitakan Gaza, Paletsina, menurut Jurnalis Senior Mujiyanto menunjukkan karakter asli media Barat yang hipokrit.
“Inilah karakter asli media Barat, hipokrit!” tegasnya kepada media-umat.info, Rabu (17/4/2024).
“Di satu sisi, mereka menggembar-gemborkan netralitas, tapi sebenarnya mereka itu berpihak, tidak netral,” imbuhnya, yang berarti agar ketidaknetralan dimaksud tak begitu kentara, maka penggunaan diksi tertentu itulah yang dipilih.
Menurutnya, upaya menutupi fakta ini tak bisa dilepaskan dari kepentingan ideologi dan politik negara Amerika Serikat (AS). “Bagaimanapun mereka itu membawa suara Amerika di hadapan publik dunia,” sebutnya.
Sehingga sangat tidak mungkin media Barat termasuk The New York Times, pro terhadap perjuangan pembebasan Palestina. Apalagi menyerang entitas penjajah Yahudi dengan menyiarkan opini yang juga pro terhadap Palestina.
“Mereka berusaha agar fakta yang mereka sampaikan tidak terlalu pro kepada Palestina dan tidak kontra terhadap Israel melalui penghalusan diksi,” jelasnya.
Di sisi lain, arahan tentang diksi berikut upaya mengaburkan fakta, jika tidak mau disebut menutupi peristiwa yang sebenarnya terjadi itu, juga dinilai sebagai sesuatu yang berbahaya yang lantas berpotensi memunculkan kesalahpahaman di benak pembaca dan menimbulkan interpretasi salah terhadap fakta.
Artinya, opini yang jelas dibangun tak lagi sesuai fakta ini, bakal melahirkan ketidakadilan atau diskriminasi terhadap sebuah komunitas masyarakat, termasuk dalam kasus seputar Palestina.
“Dalam kasus Palestina, jelas sekali ini ditujukan untuk menutupi kejahatan Israel dan menganggap justru Palestina yang bersalah,” pungkasnya.
Seperti diberitakan media nirlaba The Intercept pada 15 April 2024, The New York Times mengeluarkan memo instruksi kepada para jurnalisnya yang meliput perang di Jalur Gaza untuk membatasi penggunaan istilah ‘genosida’ dan ‘pembersihan etnis’. Serta menghindari penggunaan frasa ‘wilayah pendudukan’ ketika menggambarkan seputar Palestina.
Memo tersebut juga menyarankan untuk tidak menggunakan kata ‘Palestina’ kecuali dalam kasus yang jarang terjadi dan menghindari istilah ‘kamp pengungsi’ untuk wilayah di Gaza, yang diakui oleh PBB sebagai rumah bagi ratusan ribu pengungsi yang terdaftar.
Sementara, meski bertujuan untuk memandu pelaporan objektif mengenai perang di Gaza, tetapi memo yang ditulis oleh editor New York Times itu telah dikritik oleh beberapa staf Times karena justru menunjukkan rasa hormat terhadap narasi Zionis Yahudi. [] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat