Mediaumat.id- Terkait langkah Muhammad bin Salman (MBS) menghapus konten antisemitisme, yang berarti prasangka atau kebencian terhadap entitas penjajah Yahudi dari buku pelajaran sejarah di Arab Saudi, Magister Kajian Timur Tengah dan Islam Iranti Mantasari B.A., IR, M.Si. mengatakan begini.
“Mau bagaimanapun ada ‘pembelokan sejarah’ yang dilakukan saat ini, kita sudah melihat faktanya secara riil,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Kamis (20/7/2023).
Konten dimaksud di antaranya, peristiwa pembakaran Masjid Al-Aqsa pada pada 21 Agustus 1969 silam yang menurut Iranti, umat saat ini bisa melihat betapa sepak terjang entitas penjajah Yahudi terhadap Palestina.
Meski, sebagaimana diketahui, pelaku pembakaran kala itu adalah seorang Kristen ekstremis Australia Dennis Michael Rohan.Tetapi menurut Iranti, tindakan ini mendapatkan restu dari pasukan pendudukan Yahudi.
Selain itu, mengenai alasan dimulainya Perang Enam Hari (5-10 Juni 1967) juga dihapuskan dari buku pelajaran sejarah di Arab Saudi oleh MBS, selaku putra mahkota sekaligus perdana menteri, serta sebagai ketua dewan urusan ekonomi dan pembangunan Arab Saudi saat ini.
Padahal, disebutkan sebelumnya, alasan entitas penjajah Yahudi memulai perang tersebut untuk menguasai situs-situs suci umat Islam, Kristen, Yahudi dan juga menguasai sumur minyak yang ada di kawasan Sinai.
Begitu pula kebohongan hingga aksi teror yang dilakukan entitas penjajah Yahudi terhadap warga di Palestina, selama ini umat juga sudah mengetahui.
“Berbagai kebohongan, berbagai kriminalitas yang mereka lakukan, terorisme yang mereka lakukan terhadap warga Muslim yang ada di Palestina, kita sudah tahu,” ungkapnya.
Namun demikian, ia tak menampik kemungkinan di masa mendatang, generasi kala itu bisa jadi tak melihat manuver yang pernah dilakukan entitas penjajah Yahudi atas Palestina.
Lebih mengkhawatirkan, hal ini bakal mengaburkan serta mengubur sejarah penjajahan di sana. Sehingga, tambahnya, berdampak pada perjuangan pembebasan Palestina tidak siginifikan bagi generasi Muslim yang akan datang.
“Itu efek yang bisa kita lihat dari efek jangka panjang yang bisa kita lihat dari kejadian ini,” ulasnya, tentang dampak penghapusan tersebut.
Faktor Liberalisasi
Di sisi lain, sambung Iranti, penghapusan konten antisemitisme ini terdapat keterkaitan dengan manuver yang dilakukan MBS beberapa tahun terakhir, khususnya liberalisasi sosial dan ekonomi.
Makanya, Iranti pun tak heran ketika MBS memutuskan untuk merevisi isi buku pelajaran yang justru ‘menguntungkan’ entitas penjajah Yahudi ini.
Sebagaimana dalam lima tahun terakhir, Arab Saudi dan entitas penjajah Yahudi sudah membangun hubungan, yang menurutnya, jauh lebih baik dibanding beberapa dekade sebelumnya.
Bahkan sejak mencanangkan program Saudi Vision 2030, Arab Saudi mulai membuka diri demi melepas ketergantungan pada minyak. “Ini kembali lagi tidak bisa lepas dari Arab Saudi Vision yang tahun 2030 berusaha untuk diwujudkan,” bebernya.
Selanjutnya, bukan tak mungkin, di dalam upaya menata kehidupan di dalam dan luar negeri, Arab Saudi juga mencanangkan hubungan diplomatik (yang mereka sebut sebagai normalisasi) dengan entitas penjajah Yahudi.
Dari sini, Iranti mengingatkan, bahwa siapa pun para penguasa negeri Muslim yang saat ini merencanakan bahkan telah membangun hubungan diplomatik dengan entitas penjajah Yahudi, bakal menggerus perjuangan pembebasan Palestina.
“Itu sama sekali tidak memberikan signifikansi yang bagus untuk Islam secara umum, dan khususnya untuk kaum Muslim yang terjajah hari ini di Palestina sana,” pungkasnya.[] Zainul Krian