Mazloum Abdi: Amerika Mendorongnya dan SDF untuk Terlibat dalam Dialog dengan Damaskus

 Mazloum Abdi: Amerika Mendorongnya dan SDF untuk Terlibat dalam Dialog dengan Damaskus

Majalah Al-Majalla yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa mereka telah melakukan wawancara dengan pemimpin SDF, Mazloum Abdi, pada tanggal 17 Februari 2025, di mana ia mengatakan, “Amerika mendorongnya dan SDF untuk terlibat dalam dialog dengan Damaskus, dan Amerika menjadi penengah dalam hal ini.” Mazloum menyebutkan bahwa, “Presiden AS Trump mendorong Turki selama masa jabatan pertamanya untuk mematuhi gencatan senjata berdasarkan perjanjian Oktober 2019

Al Majalla menerbitkan wawancara tersebut dalam edisi bulan Maret, yang menyatakan bahwa “Penandatanganan perjanjian dengan al-Sharaa terjadi setelah Komandan Komando Pusat AS Jenderal Michael Kurilla mengunjungi wilayah timur laut Suriah dua hari sebelum perjanjian ditandatangani untuk mendorong SDF mencapai kesepahaman dengan Damaskus.”

Mazloum Abdi menyatakan bahwa SDF adalah bagian dari koalisi internasional yang dipimpin AS. Ketika ditanya tentang pemerintahan baru Suriah, dan dilakatakan bahwa pemerintahan ini dapat menangani hubungan dengan koalisi internasional dan dapat mengambil alih perang melawan ISIS. Benarkah demikian? Dia menjawab, “Saya pikir ada permintaan khusus untuk ini dan saya pikir mereka siap untuk masalah ini, bahkan kami ingin mereka, yakni pemerintah Suriah, menjadi bagian dari koalisi ini, dan kami bekerja sama dengan koalisi serta kami berharap mereka akan menjadi mitra dalam masalah ini.” Dia menekankan bahwa SDF akan bekerja sama dengan Hai’ah Tahrir asy-Syam untuk memerangi ISIS.

SDF dan para pemimpinnya adalah kekuatan boneka yang bersekutu dengan kekuatan kolonial. Mereka melobi Amerika untuk melibatkan pihak lain dalam aliansi jahat ini, karena mereka merupakan kekuatan yang menjadi alat ancaman Amerika terhadap mereka yang menginginkan pemerintahan Islam di Suriah. Mereka telah tertimpa kebutaan nasionalisme busuk yang ditolak Islam.

Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa AS berada di balik perjanjian ini, dengan tujuan agar Suriah tetap tunduk padanya, sebagaimana yang telah terjadi sejak Perjanjian Sykes-Picot, dengan dukungan Turki yang berada planetnya, yang menolak pembentukan entitas Kurdi di Suriah.

Pada tanggal 4 Desember 2024, mantan Menteri Luar Negeri AS Blinken menekankan “Perlunya mencegah kembalinya Khilafah.” Mantan Presiden AS Obama sebelumnya menyatakan pada 8 Agustus 2014, “Kami tidak akan mengizinkan berdirinya Khilafah di Suriah dan Irak. Namun Amerika tidak dapat melakukannya tanpa mitra yang ada di kawasan.” Mereka itu dia nataranya adalah SDF, negara-negara regional dan pengikutnya, dan juga Rusia.

Itulah sebabnya Amerika saat ini ingin memastikan agar Suriah tetap sebagaimana adanya, seperti halnya negara-negara lain di kawasan itu yang diciptakan oleh penjajah lama, serta untuk memastikan agar Islam tidak kembali berkuasa dan mendeklarasikan Khilafah, juga agar negara-negara buatan ini akan tetap berada di bawah kendali dan pengaruhnya (hizb-ut-tahrir.info, 12/3/2025).

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *