Maulid, Momentum Thalabul Ilmi untuk Perteguh Perjuangan

Bulan Mulud demikian warga Yogya menyebutnya, identik dengan kemeriahan sekaten. Namun Sabtu pagi (9/11/2019) meski tidak di arena sekaten kaum Muslimin Yogyakarta tumpah ruah dalam peringatan Maulid Nabi SAW yang dihadiri oleh Ustadz Felix Siauw. Cinta Nabi Cinta Syariah menjadi tema maulid kali ini.

Empat pembicara hadir untuk menyampaikan hikmah maulid.  Ustadz Yusuf Mustakim menguraikan tentang sejarah dan hukum maulid. Ia menguraikan bahwa jika maulid dilakukan dengan upacara maupun perayaan maka itulah yang disebut bid’ah. Seperti yang dilakukan sebagian orang di bulan Asyura. Mereka mengenang tragedi Karbala dengan parade dan ritual menganiaya diri sendiri. Niyahah atau ratapan dengan melukai diri menjadi ritual yang selalu dilakukan.

“Sedangkan maulid ini hanya mengambil momentum dan diisi dengan thalabul ilmi. Dengan berkaca sejarah, kita semakin paham dengan Islam dan semakin teguh dalam memperjuangkannya. Maka justru yang dilaksanakan ini adalah mengamalkan perintah agama,” bebernya.

Habib Muhmammad Nahel Al Attas, salah seorang dzuriyyah Nabi SAW, mengatakan bahwa datuknya, yaitu Nabi Muhammad SAW adalah rahmat bagi seluruh alam. “Semenjak kelahiran beliau SAW kehadirannya memberikan kebahagiaan dan keberkahan. terlebih setelah beliau SAW diangkat menjadi nabi. Masyarakat yang berada dalam kejahiliahan diubah menjadi masyarakat yang berperadaban luhur,” tuturnya.

Ustadz Ade Wijaya mengajak jamaah yang hadir merefleksi ulang pemahaman dan hubungannya dengan Sang manusia mulia SAW.

“Tanpa pemahaman yang utuh dan benar maka tidak ada kedekatan antara kita dengan beliau SAW. Ambillah contoh jika suatu ketika kita bertemu dengan seorang yang sudah uzur di taman. Kita tidak kenal siapa dia maka tentu kita akan acuh. Namun begitu kita diberitahu bahwa sosok tersebut pernah membantu ayah kita saat bangkrut, mencukupi biaya pendidikan kita. Maka serta merta sikap itu akan berubah. Kita akan hormat, merasa takdzim. Kita akan menghaturkan terima kasih tiada terkira dan menyampaikan permohonan maaf atas sikap sebelumnya. Kita akan mencium tangannya dengan penuh takdzim,” urainya.

Hal serupa mestinya dibangun saat mengenal sosok Nabi Muhammad SAW. “Bagaimana perjuangan beliau SAW agar umat ini termasuk kita selamat. Segenap pengorbanan dicurahkan agar risalah ini terwujud di dunia. Meski beliau kekasih Allah SWT namun beliau dengan teguh tetap menjalani berbagai ujian,” jelasnya.

Sebagai pamungkas, Ustadz Felix Siauw diminta untuk bertausiyah. Dengan gaya yang penuh semangat, jamaah diingatkan bahwa hajat manusia kepada Nabi Muhammad SAW tidaklah hanya saat mereka hidup di dunia ini. Nanti di hari akhir hajat manusia kepada nabi mulia ini semakin besar.

Menurutnya, dalam satu hadits diriwayatkan bahwa besok umat manusia akan mencari nabi mereka masing-masing, ketika mereka bertemu dengan nabi mereka, permohonan keselamatan pun disampaikan. Namun para nabi tersebut tidak dapat memberikan keselematan. Kemudian, pintu surga saat  itu terkunci dan kunci tersebut dibawa oleh Rasulullah SAW. Maka masuklah Nabi SAW bersama umat beliau pertama-tama ke dalam surga. Masing-masing mereka akan dipanggil satu persatu dengan disebut namanya.

“Tentu kita ingin nama kita dipanggil oleh beliau. Agar kita memiliki harapan kelak nama kita dipanggil oleh beliau maka perlu diketahui apa yang disukai Nabi dan apa yang tidak  beliau sukai.  Ternyata beliau sangat tidak suka jika ajaran islam ini diduakan!” tegasnya.[] YusMus.

 

Share artikel ini: