Masyarakat Jepang Sangat Teredukasi dengan Gempa

 Masyarakat Jepang Sangat Teredukasi dengan Gempa

Mediaumat.id – Mahasiswa S3 Kyushu University Fukuoka Jepang Fahrudin, ST. MT. mengatakan masyarakat Jepang sangat teredukasi dengan gempa. “Jepang masyarakatnya sangat teredukasi terkait dengan gempa,” ungkapnya di acara Fokus: Gempa, Apa Hikmahnya? melalui kanal YouTube UIY Official, Ahad (27/11/2022).

Tahun 2011 di Jepang pernah terjadi gempa besar. Tercatat 9,1 skala richter hampir sama dengan gempa yang ada di Aceh 2004. “Para ilmuwan Jepang sudah melakukan penelitian intensif, dan mereka tidak menyangka akan terjadi gempa sebesar itu. Sejak itu mereka mengubah semuanya mulai dari ilmuwannya, masyarakatnya dan negaranya,” bebernya.

Sejak gempa 2011, ucap Fahrudin Jepang menyadari bahwa ancaman gempa ini sangat serius maka mulai dari anak-anak SD sudah diedukasi terkait gempa sehingga kewaspadaan sudah muncul sejak tingkat SD.

“Terkait dengan keselamatan itu mereka perhatikan. Contoh simpelnya anak-anak SD memakai tas yang sama. Kalau misalkan ada gempa tas itu bisa dipakai untuk melindungi kepala dari bangunan yang roboh,” tuturnya.

Dari sisi bangunan, lanjutnya, bangunan di sana kokoh. Untuk bangunan lantai dua umumnya mereka menggunakan kayu, tapi untuk bangunan lantai 3 ke atas menggunakan beton dengan tiang pancang besi. Bangunan sekolah juga memiliki standar yang sama dengan halaman luas. Gedung pertunjukan seni budaya saat terjadi gempa dipakai untuk tempat penampungan. “Terkait penelitian mereka juga sangat intensif untuk kegempaan,” imbuhnya.

Lemah

Menurut Fahrudin secara frekuensi gempa yang terjadi di Indonesia dengan di Jepang sama. Tapi dari sisi edukasi ia melihat masyarakat Indonesia masih sangat kurang edukasi terhadap gempa. “Peneliti dunia mengatakan gempa paling besar yang terjadi di Indonesia adalah gempa Aceh. Mestinya ini menjadi pelajaran bagi Indonesia sebagaimana Jepang mengambil pelajaran dari gempa 2011. Sayangnya kita lemah dalam hal mitigasi,” bebernya.

Fahrudin menuturkan, salah satu aspek yang membedakan antara masyarakat Jepang dengan masyarakat Indonesia adalah terkait penggunaan lahan. “Lahan itu ada dataran ada pegunungan. Secara umum masyarakat Jepang tinggal di dataran, perbukitan dibiarkan ditumbuhi pepohonan. Sementara masyarakat Indonesia banyak sekali yang tinggal di perbukitan atau pegunungan. Ini menjadi PR bersama karena kalau kita bicara sesar aktif yang ada di Jawa itu hampir semua mengenai perbukitan,” urainya.

Tata ruang ini, sambungnya, harus menjadi PR bersama. “Seharusnya ketika menemukan sesar aktif sebaiknya dihindari dan ditata ulang tata ruangnya terutama daerah rawan gempa,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *