Mediaumat.news – Membahas tentang kebangkitan komunisme di Indonesia, ulama yang juga mantan Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Muhyiddin Junaidi mengingatkan bahwa umat Islam tidak boleh jatuh di lubang yang sama.
“Kita di Indonesia jangan sampai terulang yang kesekian kalinya. Umat Islam enggak boleh jatuh di lubang yang sama dua kali, ini sudah dua kali 1948, 1965. Masak mau jatuh lagi di lubang yang sama yang ketiga kalinya?” ujarnya dalam acara Diskusi Media Umat: Komunisme Masih Ada, Ahad (3/10/2021) di kanal YouTube Media Umat.
Muhyiddin mengatakan, saat masih diberikan amanah sebagai Wakil Ketua MUI Pusat, ia sudah merasakan adanya kader-kader komunis yang menyusup di seluruh lini organisasi sosial masyarakat, partai-partai politik, lembaga-lembaga tinggi negara dan lain sebagainya.
Muhyiddin merasakan hal itu dari cara-cara pendukung komunisme melakukan agitasi dan provokasi, yang tujuan utamanya adalah menciptakan konflik horizontal antar sesama umat Islam, antara TNI dan Polri, antara umat Islam dan TNI, serta antara umat Islam dan Polri.
“Jadi sudah ainul yaqin bahwa mereka memang punya hidden agenda yaitu remacht atau balas dendam kepada musuh utamanya yaitu umat Islam,” bebernya.
Menurut Muhyiddin, komunis ingin balas dendam terhadap umat Islam sebab umat Islam adalah pemilik saham terbesar Republik Indonesia ini dan komunis itu anti agama. Sedangkan kalau mengacu pada Pancasila sila pertama, seharusnya komunisme tidak boleh ada di Indonesia, sebab komunis tidak bertuhan.
Ia menceritakan, pada saat diajukan RUU tentang Haluan Ideologi Pancasila (HIP) kepada DPR, MUI sejak tahun 2019-2020 telah menegaskan hal itu sebagai upaya secara terang-terangan dan kasat mata bagian dari strategi aspek hukum pendukung komunisme yang bertujuan memeras Pancasila menjadi trisila, kemudian diperas lagi menjadi ekasila.
Muhyiddin mengungkapkan, memang pada saat itu ormas Islam masih ragu ke mana arahnya HIP ini. Setelah dikaji dari berbagai macam aspek, maka disimpulkan ternyata itulah komunisme dengan nama yang indah Haluan Ideologi Pancasila (HIP).
Sehingga pada saat itu, Muhyiddin mengatakan, MUI mengundang berbagai ormas Islam untuk membahas masalah HIP tersebut, dan semua sepakat bahwa ini berbahaya. Kemudian bersama-sama mengultimatum kalau pemerintah dan DPR tetap ngotot membahas masalah ini, maka umat Islam akan unjuk gigi.
“Kita lihat pernyataan ketua BPIP beberapa kali kayaknya memang sengaja memprovokasi terhadap respons para tokoh yang nanti akan mereka kembangkan,” pungkasnya.[] Agung Sumartono