Pada umumnya, kekuatan negara merupakan kombinasi dari kekuatan sistem pemerintahan dan kekuatan para penguasa, serta kepercayaan rakyat terhadap sistem dan penguasa.
Adapun kekuatan sistem, maka hal itu tercermin dalam kemampuannya untuk menghasilkan solusi yang efektif dalam mengatur semua urusan rakyat dan memungkinkan mereka untuk hidup dan berproduksi dalam damai.
Adapun kekuatan penguasa, maka hal itu tercermin dari kemampuannya untuk merencanakan, mengantisipasi masa depan, memanfaatkan energi dan kompetensi manusia, membuat manuver politik, dan menciptakan solusi.
Adapun kepercayaan, maka hal itu akan menciptakan kelembutan dalam pemerintahan, yang membuat segala sesuatunya berjalan tanpa perlu intimidasi terus-menerus untuk membuat kepatuhan.
Adapun sumber daya keuangan (financial resources) negara, maka ia adalah faktor tambahan, bukan esensial. Sebab negara yang kuat akan menciptakan kekayaan, sekalipun awalnya merupakan negara miskin.
Hal-hal inilah yang sepanjang sejarah telah menciptakan negara-negara kuat. Sementara goncangan dan kelemahannya, maka itulah yang menyebabkan kelemahan dan keruntuhan negara-negara itu.
Semua sumber daya ini tersedia di negara Islam yang akan datang, karena sistemnya adalah wahyu dari Allah SWT, Tuhan semesta alam, dan kemampuannya untuk memecahkan masalah adalah apa yang telah disaksikan oleh sejarah selama berabad-abad.
Umat Islam adalah umat yang dermawan, umat yang berkompetensi, umat yang memiliki potensi keilmuan dan pengalaman yang luar biasa di segala bidang.
Adapun kepercayaan, maka umat sangat mempercayai sistemnya, sehingga umat akan mendengarkan dan mematuhi penguasanya, lahir dan batin, selama mereka terikat dengan hukum Allah SWT.
Adapun Barat, sistem sekuler positif mereka telah membuktikan bahwa ia telah mencapai puncaknya dan ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah rakyat, di mana perannya lebih dekat pada memadamkan api daripada mengantisipasi dan menyelesaikan masalah.
Adapun kekuatan penguasa, maka benar bahwa Barat memiliki kemampuan ilmiah dan intelektual yang cukup besar, tetapi Machiavellianisme dan tirani kepentingan pribadi individu dan juga lobi, membuat semua potensi ini tidak digunakan untuk melayani kepentingan publik, namun sering disewa untuk melayani individu dan kepentingan pihak-pihak yang berpengaruh.
Adapun kepercayaan rakyat terhadap sistem dan penguasanya, maka semua orang melihat, bagaimana hal itu telah menjadi bagaikan hembusan angin (tidak menentu), semua ini tampakjelas dalam krisis demonstrasi jaket kuning di Prancis, dalam berbagai akti protes atas pengelolaan krisis Corona yang mewarnai seluruh negara Barat, juga dalam berbagai aksi protes baru-baru terkait banyak kasus (rasisme, penggelapan dana oleh kelompok lobi, perang, dan lainnya).
Jadi, tidak diragukan lagi, bahwa masa depan adalah milik Islam, masalahnya hanyalah masalah waktu saja, dan Allah SWT berkuasa atas urusan-Nya. Pertanyaannya, adalah: Akankah kita mendapat bagian dalam kebaikan yang akan datang ini? Atau akankah Allah SWT menggantikan kita, dan kemudian mendatangkan orang-orang yang mengabdi pada agama-Nya? [Munaji Muhammad]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 24/11/2021.