Mantan Jubir Presiden: Indonesia Masuk ke Dalam Negara Ketakutan
Mediaumat.info – Munculnya gerakan dan petisi dari kampus-kampus akhir-akhir ini kepada Presiden Joko Widodo karena situasi Indonesia bukan sekadar tidak baik-baik saja tetapi sudah masuk ke dalam negara yang ketakutan.
“Karena situasi bangsa ini bukan sekadar tidak baik-baik saja, tetapi sudah masuk dalam negara yang ketakutan,” ujar Adhie M Massardi, mantan Juru Bicara Presiden Kiai Haji (KH) Abdurrahman Wahid Hasyim, dalam Diskusi Online: Rezim Makin Keterlaluan, Dunia Kampus Bereaksi Keras, Ahad (4/2/2024) di kanal YouTube Media Umat.
Saat ini, kata Adhie, banyak yang ketakutan di masa sebelum pemilu ini. “Orang ketakutan, rektor ketakutan, kalangan ketua partai politik (parpol) ketakutan sehingga dengan ancaman-ancaman itu bahkan presiden sendiri itu juga ketakutan,” bebernya.
Orang yang takut itu, lanjutnya, itu akan menimbulkan tindakan yang nekat, apalagi jika ketakutan itu dialami oleh presiden yang dampaknya akan kepada masyarakat.
“Karena takut kehilangan kekuasaan kemudian dia mengabaikan etika moralitas dan lain-lain, seperti melanjutkan dinasti itu kan, mendorong anaknya lewat proses haram, kalau prosesnya haram jalannya pasti haram,” tuturnya.
Tetapi, bebernya, fakta di lapangan hasilnya negatif dan sambutan masyarakat tidak seperti yang diharapkan di saat anaknya masuk dalam kancah pilihan presiden. “Dia (presiden) ingin membangun dinasti tapi banyak dinista,” candanya.
Ditambah lagi, kata Adhie, secara tidak sadar anaknya (presiden) sering melakukan kekeliruan seperti salah tempat, salah ngomong, yang dinilai kurang beretika.
“Di situlah tiba-tiba di jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI), dia (presiden) mengatakan begini bahwa presiden bisa mendukung, bisa berkampanye, bisa mendukung salah satu paslon,” ungkapnya.
Namun, lanjut Adhie, karena pernyataan (presiden) itu membuat elektabilitasnya turun sementara lawan-lawannya naik terus.
“Nah kepanikan itulah yang kemudian membuat situasi makin nekat, hingga kemudian mengeluarkan bantuan sosial (bansos) segala macem,” bebernya.
Menurut kacamatanya, ending (akhir) dari kepanikan ini, akan berdampak pada pemilu yang diproses dengan tidak jujur.
“Didesain dengan mengabaikan jujur dan adil (jurdil), ini pasti akan melahirkan kerusuhan,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi