Mampukah Militer Indonesia Pertahankan Kedaulatan dari Kooptasi Kekuasaan?

Mediaumat.news – Menyorot catatan kerja reformasi Tentara Nasional Indonesia (TNI) tahun 2021, Direktur Indonesian Justice Monitor Agung Wisnuwardana justru menyayangkan, militer Indonesia saat ini belum mampu mempertahankan kedaulatan wilayah dari kooptasi kekuasaan.

“Militer kita hari ini, saya kata belum mampu untuk mempertahankan kedaulatan wilayah secara serius, karena militer kita akhirnya terkooptasi oleh kepentingan-kepentingan kekuasaan, tidak hanya kekuasaan nasional tetapi juga kekuasaan internasional,” ujarnya dalam Kabar Petang: Simak! Inilah PR Besar TNI Dan Seluruh Dunia Muslim, Rabu (06/10/2021) di kanal YouTube KC News.

Seperti diketahui, Indonesia adalah negeri yang cukup besar dengan banyak kepulauan. Di samping itu, juga memiliki beberapa choke point atau yang ia sebut semacam celah sempit strategis yang dalam konteks internasional sebagai penentu pertahanan keamanan sebuah negara. “Misalnya ada Selat Malaka, kemudian ada Selat Sunda, kemudian ada Selat Makassar dan Selat Wetar,” bebernya.

Meski riskan menurut Agung, karena di Laut Cina Selatan sedang terjadi perseteruan antara Cina dan Amerika Serikat (AS), setidaknya, dengan potensi choke point tersebut, Indonesia bisa memperhitungkan sejauh mana kekuatan militernya mampu menghadapi berbagai isu pertahanan saat ini.

Dari segi anggaran memang, sampai sekarang anggaran militer Indonesia sangat kecil. Begitu pun alutsista yang menurutnya juga dalam kondisi tidak baik-baik saja.

Sedangkan dari segi SDM. Walaupun cukup besar secara Asia Tenggara, tetapi faktanya sangat jauh lebih rendah dibandingkan Cina maupun AS. Namun, yang perlu dipahami dari jumlah SDM yang besar, Indonesia bisa membentuk kekuatan militer cadangan cukup besar. “Tinggal apakah kita bisa mengoptimalisasi kekuatan itu atau tidak,” tandasnya.

Ideologi

Agung menuturkan, sangat penting dipahami, bahwa problem kedaulatan sebuah negara bukan sekadar masalah fisik, tetapi juga persoalan ideologi. “Kadang-kadang saya membaca TNI tidak terlalu peka terhadap bahaya-bahaya ideologi yang ada di negara kita,” ucapnya menyayangkan.

Semisal yang tercatat oleh Setara Institut berupa keterlibatan TNI ketika menurunkan baliho FPI pada November 2020 lalu yang menurutnya, TNI tidak memiliki dasar hukum dalam UU No. 34/2004 tentang TNI.

Apalagi jika dicermati secara militer asing, Indonesia yang justru dikelilingi dengan banyaknya pangkalan militer AS, seperti di Darwin, pindahan dari Guam, di sekitar Selat Malaka, di Laut Cina Selatan dekat Natuna dan beberapa tempat lain, ancaman militer sudah di depan mata.

Maka itu, Agung turut mempertanyakan mengapa TNI malah sibuk menangani baliho FPI. “Itu kan sangat-sangat remeh-temeh sekali dan ada bau-bau kepentingan personal maupun kepentingan kelompok yang menginginkan jabatan yang lebih tinggi saja,” jelasnya.

Sementara, hampir sebagian besar percaturan politik hari ini termasuk perdagangan besar dunia ada di jalur-jalur choke point. Kalau Indonesia serius memanfaatkan bersamaan dengan sistem pertahanan keamanan, tentu hal itu akan menjadikan Indonesia gagah luar biasa.

“Bukan sekadar gagah berani untuk menurunkan baliho, tetapi harusnya gagah berani untuk melawan kepentingan-kepentingan asing yang bercokol di negeri ini,” tandasnya.

Oleh karena itu, lanjut Agung, dengan memotivasi para pemuda, khususnya pemuda Islam, sangat mungkin kekuatan militer akan bertambah besar. Selain itu, karena memiliki kandungan uranium yang sangat banyak, peluang Indonesia memiliki nuklir pun sangat besar.

Dari segi alutsista, menurut Agung, Indonesia pun sebenarnya sangat mumpuni. Sebut saja Pindad atau PT PAL. “(Namun) potensi ini hanya bisa dilakukan apabila Indonesia memakai ideologi Islam,” tuturnya.

“Saya enggak berbicara jauh. Indonesia saja kalau ini bener-bener menyatukan diri dengan visi ideologi Islam, menyatukan diri untuk berjihad di jalan Allah SWT, maka ini energinya akan luar biasa,” tambahnya.

Tetapi kalau negeri ini hanya berbasiskan nation state, yang hanya berpikir tentang negerinya, maka akan terkooptasi oleh kekuasaan geo politik internasional. “Sampai kapan pun maka militer negeri ini akan hanya menang di dalam kandangnya saja dan dia akan memusuhi rakyatnya sendiri,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini: