Makna Tahun Baru Islam di Mata Pakar Biologi Molekuler

Mediaumat.news – Ilmuwan Muslim sekaligus Pakar Biologi Molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Ph.D. memaknai Tahun Baru Islam 1443 Hijriah yang jatuh hari Selasa (10/8) sebagai momentum memilah dan memilih dalam hal memahami sebuah keilmuan.

“Dalam hal keilmuan juga sama. Jadi kita harus memilah dan memilih,” ujarnya di hadapan sekitar 150 ribu lebih pemirsa acara Hijrah Bareng-Bareng yang diselenggarakan oleh Komunitas Pecinta Hijrah, Rabu (11/8/2021) secara daring.

Malah justru menjadi tidak masalah dalam upaya memahami ilmu dari segi teknis. Untuk masalah itu, imbuhnya, seseorang bisa berguru pada siapa saja dengan tidak melihat asal maupun latar belakang akidah dari sang guru.

Hanya saja, lanjutnya, memaknai atau mengomunikasikan sebuah ilmu yang akan didapat, menjadi tugas murid dalam menyikapinya. “Bagaimana memaknainya, bagaimana mengomunikasikannya, itu tugas saya,” tegasnya.

Sedangkan dalam memahami dunia, tuturnya, harus melihat secara logis. Pertanyaan-pertanyaan yang menurutnya termasuk simpul besar kehidupan harus diselesaikan dulu. “Apakah mungkin dunia ini muncul dengan sendirinya. Dari mana kita berasal? Kemana kita pergi? Dan ngapain sekarang di sini? Apa yang kita lakukan sekarang ini ada hitungannya enggak di akhirat kelak?” urainya.

Bahkan menjadi ilmuwan, menurut Ahmad Rusdan, merupakan bakat dan minat. Sebab pada dasarnya, kemampuan manusia untuk bertahan hidup sangat berhubungan dengan ilmu yang dimilikinya atau dari orang lain.

“Kalau dia suka masak, dia mesti jadi ahli (bisa) masak, dia bisa hidup dari itu, menghidupi orang lain juga sebagai ahli masak. Tapi ketika dia masak, ada beberapa hal yang harus diketahui. Misalnya dia suka masakan Cina, dia harus tahu apakah ada ingredient-ingredient(bahan-bahan) yang memang tidak boleh digunakan,” ujarnya mengibaratkan betapa pentingnya sebuah ilmu.

Maka itu, peraih Postdoctoral Fellowship Harvard Medical School itu menambahkan, sebuah masakan khas negara tertentu, tidak harus dimasak oleh orang dari negara tertentu tersebut. Orang lain pun bisa, asalkan memahami teknis meramu masakan tersebut.

Apalagi di masa pandemi saat ini yang menurutnya, Allah SWT sedang menunjukkan pada manusia cara kerja para makhluk-Nya dengan berbagai hikmah. Dan dari situ, manusia diberi pilihan untuk bisa selanjutnya menentukan sikap terukur yang semestinya. “Karena sekali lagi tadi, kuncinya ilmu itu bukan untuk sekadar dipahami tapi harus disikapi. Nah sikap kita ini yang Allah pasti akan tanya di akhirat kelak,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini: