Majelis Saung Ma’rifat (MSM) pada JUmat (4/10) menyelenggarakan pengajian mingguan rutin, seperti biasa Majlis yang diasuh oleh Ki Sarmili Yahya nampak selalu dihadiri oleh para Ulama, kyai, asatidz, santri dan muhibbin dari kecamatan Parung, Ciseeng dan sekitarnya.
Dalam kesempatan kajian pekanan tersebut, setelah sebelumnya diawali dengan pembacaan dzikir dan doa yang dipimpin oleh Ustadz. Sadeli, Ki Sarmili membahas kitab Ta’lim Al- muta’allim yang sarat dengan pesan – pesan indah dan menggugah terkait adab dan Fadilah menuntut Ilmu.
Dalam kajian kitab Ta’lim tersebut, Ki Sarmili membahas pentingnya bagi para penuntut ilmu memiliki cita – cita yang tinggi _(himmah al-‘Aliyah)_ terhadap ilmu. Karena sesungguhnya seseorang itu terbang dengan cita – citanya sebagaimana seekor burung terbang dengan kedua sayapnya. Disamping itu pula Khalifah Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah pernah berkata ; _” ‘Uluwul himmah minal iman “_ (cita – cita yang tinggi merupakan sebagian dari Iman).
_” Maka hendaknya seorang penuntut ilmu tidak boleh tidak (harus) mempunyai cita – cita yang luhur terhadap ilmu, seseorang mampu terbang dengan cita – citanya sebagaimana perumpamaan burung terbang dengan kedua sayapnya, disamping itu menuntut ilmu juga merupakan kewajiban bagi setiap Muslim laki – laki maupun perempuan “_ papar Ki Sarmili.
Diantara mereka yang memiliki cita – cita yang tinggi adalah mereka dari kelompok para Ulama. Mereka senantiasa menyebarkan kebenaran Islam kepada siapa saja, menegakkan kalimat Allah di muka bumi tanpa takut sedikitpun terhadap rezim penguasa yang sombong lagi dzalim. Sebab para Ulama hanya takut kepada Allah rabbul Jalil.
Ki Sarmili pun menyampaikan akan pentingnya menggunakan anugrah mulia yang diberikan sang Khaliq berupa akal pikiran, hendaknya akal digunakan semaksimal mungkin khususnya untuk menuntut ilmu. Manusia akan selamat dunia akhirat bila memiliki akal yang cemerlang ( _al- aqlu al-mustanir_) yakni akal yang senantiasa bersandar pada keimanan atau Aqidah Islam.
Disamping kajian kitab _Ta’lim al- muta’allim_, beliau pun menyampaikan tausiyah terkait momentum hijrah Rasulullah SAW, berhubung bulan Muharram (bulan pertama Hijriah) 1441 H baru saja berakhir. Sebab penting bagi seorang muslim – tak terbatas hanya di bulan Muharram – untuk senantiasa memetik hikmah dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW.
” Hijrah adalah perpindahan dari satu keadaan kepada keadaan yang lain, perubahan dari kemaksiatan kepada ketaatan, kedzaliman kepada keadilan, perubahan dari sistem jahiliah kepada Islam “, terang Ki Sarmili.
Beliaupun menyayangkan masih terjadinya beragam bentuk kedzaliman oleh penguasa, khususnya kedzaliman kriminalisasi dan persekusi yang dialamatkan kepada para ulama pejuang Islam, diantaranya kriminalisasi dan persekusi kepada KH. Heru Elyasa, ulama Aswaja Mojokerto. Padahal ulama adalah pewaris para Nabi, pewaris para Nabi itu wajib dijaga dan dimuliakan bukan malah dizhalimi.
“K.H. Heru Elyasa adalah Ulama Aswaja pejuang Islam Kaffah, kita wajib bela dan dukung beliau untuk segera bebas dari segala tuntutan dan kriminalisasi, karena kriminalisasi adalah bentuk kedzaliman”, tegas Ki Sarmili Yahya yang kesehariannya mengasuh Majlis Saung Ma’rifat, Parung – Bogor.
Kajian rutin mingguan Majlis Saung Ma’rifat ( MSM ) ditutup dengan doa kafaratul majlis, ramah tamah dan musafahah para kyai, asatidz dan Muhibbin. []