Sudah 94 tahun ini ummat Islam hidup tanpa Khilafah. Ummat seperti anak ayam kehilangan induknya, menjadi korban dimana-mana tanpa adanya pelindung/perisai, ungkap KH Abdul Qoyum, koordinator Forum Komunikasi Ulama (FKU) Aswaja Malang Raya dan Pimpinan Majelis Ta’lim Pondok Bambu Al-Islam Kota Malang dalam pengajian Majelis Dzikir wa Ta’lim Taqorrub Ilallah kota Malang pada Sabtu (13/4/2019) jam 20.00—23.00 wib.
KH Abdul Qoyum mengibaratkan seperti halnya dalam solat ada imam ada makmum demikian juga dalam kehidupan bernegara ada pemimpin ada rakyat. Ada imam salah maka makmum harus mengingatkan, demikian juga jika ada pemimpin salah maka rakyat wajib mengingatkannya, paparnya di hadapan sekitar 70 para ulama dari kota Malang, kota Batu dan sekitarnya.
Kriteria pemimpin dalam Islam adalah yang terbaik pemahamannya terhadap hukum-hukum Allah, paling memahami as-Sunnah, paling kuat keIslamannya, paling baik cashing-nya dan paling sepuh Ilmunya, jelasnya
Ke depan marilah kita pilih pemimpin yang pro Islam, pemimpin yang tahu perasaan umat, dan pemimpin yang memperjuangkan tegaknya syariah dan khilafah, ajaknya pada pengajian yang digelar di kawasan Sukun kota Malang itu.
Taushiyah kedua disampaikan KH Drs. Muhammad Sya’roni, ulama dan intelektual muslim kota Malang. Kyai Sya’roni mensyaratkan seorang pemimpin itu mesti punya syakhsiyah politik, yaitu dia harus seorang yang kuat, bukan orang yang dikendalikan oleh pihak lain, apalagi dia antek asing, asong, dan aseng. Dia harus mempunyai ketaqwaan yang kuat, kebijakan-kebijakannya kuat, dan welas asih ke rakyatnya, jelasnya.
Sya’roni mengajak para ulama agar meneladani sahabat Hamzah bin Abdul Mutholib dialah penghulu syuhada, berani menyampaikan yang haq dan berani meluruskan penguasa yang dzalim, walaupun resikonya dibunuh. Ulama harus berani beramar-makruf nahi-mungkar, kalau kita tidak berani maka ummat akan dipimpin orang yg keji. Dan jangan sampai kepemimpinan itu rusak karena ulamanya menjilat kepada penguasa.
Kedzaliman penguasa harus segera kita gusur, kita ganti dengan keadilan penguasa. Kita butuh Imam yang adil, dialah satu diantara tujuh golongan yang mendapat perlindungan dari Allah SWT dimana tidak ada perlindungan saat itu, paparnya.
Jangan sampai kita cenderung kepada kedzaliman, karena kedzaliman yang dilakukan penguasa itu berdampak negatif kepada seluruh ummat. Ridha atau mendiamkan kedzaliman itu seperti setan yang bisu dan dia akan dimasukkan dalam neraka, tegasnya. Mari kembali kepada naungan kepemimpinan Islam, yaitu patuh menerapkan hukum-hkum Allah dalam bingkai khilafah, pungkasnya.
Taushiyah ketiga disampaikan oleh KH. Ali Masyhuri, Majlis Ta’lim Salafiah Kedungkandang Kota Malang.
Kyai Masyhuri menghimbau dalam memilih pemimpin kita wajib memilih pemimpin dengan berdasarkan Islam, karena kalau tidak maka akan merugi, sebagaimana Al Qur’an surat Ali Imron ayat 85: “Barang siapa mencari agama selain Islam , maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. Kalau kita menggunakan standar Islam maka kita akan jaya, tegasnya.
Acara ditutup dengan pembacaan do’a oleh KH Drs Muhammad Alwan dan diakhiri foto bersama serta ramah tamah. []slm