Mediaumat.news- Unggahan Tara Basro yang membagikan postingan dirinya yang dinilai mengandung unsur – unsur kepornoan mengundang reaksi keras dari publik.
Ironisnya, Menkominfo Johnny G Plate malah menegaskan Tara Basro tidak melanggar UU ITE terkait posting-an tanpa busana di media sosial twitter pribadi Tara. “…Saya juga udah liat fotonya kok. Saya udah liat fotonya kok,” kata Johnny di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, sebagaimana dikutip dari detik.com Kamis (5/3/2020).
Menanggapi polemik ini, Direktur Indonesia Change, Mahfud Abdullah menilai saat negeri ini mengalami krisis moral, diantaranya dari banyak kasus kekerasan yang terjadi berkaitan dengan masalah seksual. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya video dan gambar porno yang merajalela di dunia maya.
“Sangat berbahaya, jika ada menteri yang malah mengapresiasi pornografi sebagai seni. Ingat lho, konten pornografi di internet yang sebagian memperlihatkan adegan kekerasan akan dicontoh oleh masyarakat, generasi muda dan anak-anak dan dipraktekkan antara sesamanya. Termasuk mempraktekkan aksi pornografi yang dilakukan secara individu maupun berkelompok.” Ujar Mahfud kepada jurnalis Media Umat (Rabu, 11/3/2020).
Menurutnya, dalih pembelaan pemerintah terhadap postingan porno Tara Basro adalah keliru. Mahfud mempertanyakan niat pemerintah untuk menjaga moral rakyatnya.
“Bagaimana jika foto – foto yang mengandung erotisme itu menyebar ke anak – anak? Coba jika Anda pikir dampak pornografi, misal terhadap anak – anak. Orang tua mana yang tidak pedih ketika melihat anak kesayangannya dicekam kecanduan akibat dampak pornografi ketika mereka tidak mampu mengontrol dengan baik apa yang anak-anak lihat. Jika pemerintah mengapresiasi positif tindakan Tara Basro, berarti turut kampanyekan perusakan moral!” Imbuhnya.
Mahfud mengingatkan kepada pemerintah, agar tidak menjadi pelopor terwujudnya budaya masyarakat yang rusak akibat keteledoran negara membiarkan virus kebebasan dan pornografi/aksi – merajalela.
“Dalam konteks sikap pemerintah terhadap Tara Basro adalah cermin rezim ini mengidap virus kebebasan yang kebablasan dari cara hidup liberal. Liberalisme telah menghalalkan berbagai sarana pemuasan nafsu, tanpa memandang lagi akibat yang ditimbulkan.” Ungkap Mahfud.
Menurutnya negara membiarkan masyarakat berhadapan dengan serbuan pornografi dari berbagai media massa, terutama internet.
“Budaya kepornoan marak dan bahkan dipromosikan dalam negara liberal dan kapitalis di bawah premis kebebasan berekspresi. Oleh karena itu, yang layak dipersalahkan atas masalah masyarakat akibat penerapan demokrasi dan liberalisme adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan sistem hidupnya”. Pungkasnya. (Ref)