Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
»مَنْ لَزِمَ السُّلْطَانَ افْتُتِنَ، وَمَا ازْدَادَ عَبْدٌ مِنْ السُّلْطَانِ دُنُوًّا إِلَّا ازْدَادَ مِنْ اللَّهِ بُعْدًا«
“Barangsiapa yang terus menyertai penguasa, maka ia terfitnah. Dan tidaklah seorang hamba bertambah dekat kepada penguasa melainkan ia akan bertambah jauh dari Allah.” (HR. Abu Dawud).
Wahai Saudaraku Tercinta:
Maksud dari penyebutan hadits ini bukan untuk memutus hubungan ulama dengan umat, melainkan untuk menyadarkan umat akan kenyataan dan realitas ulama, serta apa yang harus mereka lakukan. Sebaliknya, umat harus waspada terhadap ulama salāthīn (penjilat penguasa). Jadi, jangan mengikuti ulama karena kedudukannya atau kepribadiannya, namun karena ilmu dan tanggungjawabnya pada ilmu. Rasul kita yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam, telah memperingatkan melalui banyak hadits terkait ulama sū’ (jahat), mengingat keseriusan peran yang mereka mainkan. Pada dasarnya ulama itu adalah katup pengaman bagi umat, yang akan menunjukkan kepada mereka kebenaran, dan mencegahnya dari kebatilan agar selamat dunia akhirat dengan diselimuti keridhaan dari Dzat Yang Maha Penyayang.
Wahai Kaum Muslim:
Mungkin hal yang paling berbahaya yang terjadi pada hari ini akibat dari adanya ulama salāthīn (penjilat penguasa) adalah sikap mereka terhadap umat yang berdasarkan pada pembagian Sykes-Picot, sehingga mereka mengokohkan patriotisme dan nasionalisme seperti yang diinginkan oleh musuh-musuh umat, dimana setiap ulama berdiri bersama penguasa negerinya untuk mengeluarkan fatwa baginya terkait hilangnya kambing dan pedangnya (potensi dan kekuatannya) yang diakibatkan oleh bid’ah politik yang belum dikenal umat sebelumnya. Sehingga ulama menjadi mainan penguasa yang digunakannya untuk menindas umat. Sementara Khalifah di masa lalu sangat menghormati dan memperhitungkan posisi ulama. Adapun saat ini, dunia sudah terbalik, ulama sangat takut pada penguasa, bahkan takutnya pada penguasa melebihi takutnya pada Allah subhānahu wa ta’āla. Karenanya tidak heran jika ada beberapa dari mereka yang mengeluarkan fatwa tentang kebolehan berdamai dengan orang-orang Yahudi, dan kebolehan mencari bantuan dari Amerika untuk menduduki Irak, dan kebolehan pemilihan parlemen, bahkan mereka menyikapi realitas kehidupan dengan semangat patriotisme dan nasionalisme yang busuk dan menjijikkan. Benar, inilah seruan Rasul kita yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Anda, wahai para ulama: “Bangun dan singkirkan debu ketergantungan kepada penguasa, serta bersikaplah seperti sikap Izzuddin bin Abdus Salam yang jelas, tegas dan berani”.
Ya Allah, segerakan tegakknya Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah, yang akan menyatukan kaum Muslim, serta yang akan mengakhiri bencana dan mala petaka yang sejauh ini menyelimuti mereka. Ya Allah, terangi bumi dengan nur (cahaya)-Mu yang mulia. Allāhumma āmīn! [Abu Maryam]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 28/01/2022.