Ma’al Hadīts Syarīf: Akan Datang di Akhir Zaman

 Ma’al Hadīts Syarīf: Akan Datang di Akhir Zaman

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Sahīh-nya, bahwa Ali radiyallahu ‘anhu berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallama bersabda:

))‏‏يَأْتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ حُدَثَاءُ الْأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ ‏ ‏يَمْرُقُونَ ‏ ‏مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا ‏يَمْرُقُ ‏‏السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ لَا يُجَاوِزُ إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ فَأَيْنَمَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْرٌ لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ((

Akan datang di akhir zaman suatu kaum yang muda umurnya lagi dangkal pemahamannya. Mereka berbicara dengan ucapan manusia terbaik namun mereka keluar dari Islam bagaikan anak panah melesat keluar dari busurnya. Iman mereka tidak sampai ke tenggorokan mereka. Maka dimana saja kalian menjumpai mereka, bunuhlah mereka karena pembunuhan atas mereka adalah pahala di hari kiamat bagi siapa yang membunuhnya.

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallama: “Hudatsā’ul asnān”, yakni muda umurnya. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallama: “Sufahā’ul ahlām”, yakni dangkal (jelek) pemahamannya. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallama: “Yaqūlūna min khairi qaulil bariyyah”, yakni dari al-Qur’an dan as-Sunnah, sehingga mereka itu perkataannya baik, namun perbuatannya jelek (buruk). Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallama: “Yamruqūna min al-Islam kamā yamruqu al-sahmu min al-ramiyyah”, yakni mereka keluar dari Islam bagaikan anak panah melesat keluar dari busurnya ketika dipanahkan oleh seorang pemanah yang kuat dan kekar. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallama: “La yujāwizu imānuhum hanājirahum”, yakni bahwasannya iman mereka hanya di mulut (perkataan) tidak sampai ke hatinya.

Orang-orang yang sifat-sifatnya disebutkan dalam hadits tersebut di atas, bahwa mereka benar-benar ada dan ditemukan pada zaman ini. Sifat-sifat tersebut berlaku untuk para penguasa zaman kita, serta mereka yang loyal dan setia mengikutinya. Mereka memusuhi dan memerangi Islam dan kaum Muslim. Mereka melayani kepentingan kolonialisme dan para penjajah. Mereka berkonspirasi dengan orang-orang kafir untuk membantai rakyatnya, serta menjarah kekayaannya. Mereka tidak berpikir, juga tidak melihat, dan bahkan tidak mendengar, kecuali apa yang di dalamnya ada permusuhan terhadap Islam dan kaum Muslim. Mereka adalah bendera kesombongan, serta lambang kehinaan dan kerendahan. Mereka mengatakan beriman dengan mulutnya, namun mereka kafir, fasik dan zalim pada perbuatan dan perkataannya. Mereka mempercayai kekufuran dan orang-orang kafir, sebaliknya mereka mengingkari keimanan dan orang-orang yang beriman. Mereka keluar dari gerbang kebenaran dan masuk ke gerbang kebatilan. Mereka berkata, lalu berdusta. Mereka berjanji, lalu mengingkari. Mereka diberi amanah, lalu mengkhianati. Sehingga tidak ada perkara haram, kecuali mereka telah melakukannya; tidak ada aib, kecuali mereka telah tercemari; dan tidak ada celah, kecuali mereka serahkan pada kaum kafir. Jadi, masihkah ada kebaikan padanya?

Sebaik-baiknya pahala ada dalam perjuangan untuk menyingkirkan mereka, dan kebaikan yang sebenarnya adalah berjuang bersama para pejuang yang mukhlis untuk menegakkan negara Khilafah, negara kaum Muslim, yang mengakhiri kepemimpinan anak-anak, dan kekuasaan warisan. Khilafah satu-satunya yang secara serius mengurusi semua urusan umat, dan semakin mendekatkan hati orang-orang beriman kepada Allah subhānahu wa ta’āla. []

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 11/07/2020.

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *