Ratusan orang nampak antusias mengikuti agenda Liqo Syawal Ulama, Tokoh, dan Muhibbin 1440H pada Sabtu malam, (15/6/2019) di Pondok Pesantren Al-Inayah, Kota Banjar.
Acara yang dipimpin oleh Ustadz Heri Abu Rizki ini dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh Ustadz Dadan Ramdani, S.Pd.I.
Selanjutnya, tokoh pendidikan Kota Banjar Ustadz Ir. Ibnu Aziz Fathoni, M.Pd.l, menyampaikan materi pengantar dengan mengungkap fakta-fakta tentang kondisi Indonesia yang tengah mengalami berbagai macam masalah, seperti hukum yang tidak adil, lilitan utang luar negeri, hingga cengkraman asing khususnya China yang semakin kuat.
Selain itu, saat ini umat Islam tengah berada di fase mulkan jabrian, yakni masa kepemimpinan diktator. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya persekusi terhadap dakwah, kriminalisasi ulama dan tokoh oleh rezim. Rezim saat ini juga zhalim dan khianat terhadap rakyat.
Fase ini lanjutnya, merupakan fase seleksi bagi para pejuang. Fase untuk mengasah keberanian, menguji kesabaran, dan menakar keikhlasan.
Sedangkan Ustadz Husen Al-Banjary, S.Pd.I, menegaskan bahwa solusi bagi semua permasalahan saat ini adalah dengan penerapan syariat Islam dalam sistem Khilafah. Permasalahan itu sendiri muncul karena diabaikannya hukum Islam dalam kehidupan.
Penegakkan syariat Islam ini tentu perlu perjuangan, dan perjuangan tersebut tidak boleh berhenti, sebagaimana disampaikan oleh KH. Uzer Jamaludin. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Inayah ini, mengatakan bahwa memperjuangkan Islam tidak akan pernah kalah, “hidup mulai atau mati syahid,” ucapnya.
Lebih lanjut, beliau mengingatkan bahwa perjuangan Islam tidak boleh dilakukan dengan cara yang salah, misalnya dengan sistem demokrasi. “Dalam Islam demokrasi itu haram,” tegasnya.
Pembicara lainnya, Ustadz Encim Ghani mengajak hadirin untuk belajar pada kisah Nabi Yusuf as yang tidak pernah berhenti dalam berdakwah, walau dalam kondisi dipenjara sekali pun.
Pemateri lainnya, Kyai Endang Ruhiyat, S.Ag., menyampaikan hanya ada dua pilihan saat ini, apakah akan terlibat dalam perjuangan atau tidak. Dan pilihan ideal adalah ikut berjuang dan tidak boleh ragu dalam perjuangan.
Kemudian, Drs. H. Dadang Hendra Utama, M.Si, dalam testimoninya mengingatkan agar perjuangan tidak dilakukan dengan anarkis tapi dengan rahmatan lil alamin.
Hadir pada agenda ini para ulama, pimpinan pondok pesantren, tokoh ormas Islam, tokoh pendidikan, pengacara, hingga pengusaha. Acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama.[]
Sumber: shautululama.co