Mediaumat.news – Setidaknya ada lima pelajaran penting dari sempat macetnya Terusan Suez selama sepekan karena terhalang kapal kontainer raksasa Ever Given. Hal itu diungkap Pengamat Politik Luar Negeri Farid Wadjdi kepada Mediaumat.news, Ahad (4/4/2021).
Pertama, Terusan Suez sangat strategis. Jalan pintas laut yang terletak di negeri Muslim ini merupakan wilayah yang strategis karena merupakan jalur pelayaran tercepat yang menghubungkan Eropa dan Asia. “Dan diperkirakan 12 sampai 15 persen pelayaran dunia melewati terusan ini,” ungkapnya.
Kedua, memengaruhi roda ekonomi dunia secara signifikan. Begitu strategisnya Terusan Suez ini bagi pelayaran internasional sehingga ketika terjadi kemacetan akibat kapal kargo raksasa yang tersangkut di Terusan Suez selama sepekan kemarin, kerugiannya mencapai 43 triliun per hari dan mempengaruhi kenaikan harga minyak dunia.
Ketiga, bisa jadi kekuatan politik dunia Islam. Seharusnya potensi geopolitik yang strategis ini di samping menjadi pemasukan ekonomi bagi Mesir misalkan, namun sesungguhnya bisa digunakan menjadi kekuatan politik bagi dunia Islam di level global. Salah satunya untuk membela Palestina.
“Seharusnya negeri-negeri Islam bisa memanfaatkan geopolitik strategisnya untuk menekan Barat dalam isu-isu global terkait dunia Islam, seperti Palestina,” ungkapnya.
Namun Farid menyayangkan, hal ini tidak dilakukan oleh penguasa negeri Islam karena kelemahan kepemimpinan dunia Islam yang justru menunjukan ketertundukan kepada Barat.
Keempat, bisa jadi alat tawar menawar. Kalau dunia Islam bersatu dan kemudian mengancam Barat untuk tidak boleh memasuki Terusan Suez, tentu ini akan memberikan dampak politik dan ekonomi yang besar bagi Barat. “Jadi bisa dijadikan alat tawar menawar di level internasional, tapi sayang ini tidak dilakukan,” bebernya.
Kelima, Terusan Suez sebagai salah satu prasyarat negeri Islam jadi adidaya. Negeri Islam ini memiliki prasyarat yang lebih dari cukup untuk menjadi negeri adidaya. Karena negeri Islam ini memiliki seluruh komoditas untuk menentukan nasibnya sendiri, di antaranya memiliki kekayaan alam yang luar biasa dan memiliki geopolitik yang strategis.
“Yang tidak ada di negeri Islam sekarang ini adalah penguasa yang amanah dengan sistem yang baik untuk mengelola dunia Islam, negeri-negeri Islam dan memberikan kebaikan pada umat manusia seluruh dunia,” pungkasnya.[] Agung Sumartono