Liberalisasi dan Sekularisasi, Cermin Kegagalan Arab Saudi

Mediaumat.id – Upaya liberalisasi dan sekulerisasi yang dilakukan oleh Muhammad bin Salman (MbS) dengan melonggarkan sejumlah aturan konservatif Islam dinilai Pengamat Politik Internasional Farid Wadjdi mencerminkan kegagalan Arab Saudi menjadi negara besar.

“Liberalisasi dan sekulerisasi yang semakin menguat di Saudi sesungguhnya mencerminkan kegagalan Saudi untuk bangkit menjadi negara besar,” ungkapnya kepada Mediaumat.id, Sabtu (15/1/2022).

Hal demikian terjadi karena, Muhammad bin Salman dan orang-orang di sekitarnya melihat bahwa Saudi akan bangkit jika mengikuti Eropa atau Barat, dengan mengadopsi ideologi sekuler dan liberalnya.

Menurut Farid, apa yang dilakukan Arab Saudi saat ini pernah dilakukan oleh Kemal Attaturk yang meruntuhkan khilafah Islam.

“Turki tidaklah menjadi negara yang bangkit dan maju, dibanding ketika Turki masih dalam bentuk negara khilafah di era-era kejayaannya,” ungkapnya.

“Turki yang sekuler saat ini adalah Turki yang mundur, alih-alih bangkit, yang terjadi justru semakin terbukanya pintu kemaksiatan,” tambahnya.

Selain itu, sekularisasi dan liberalisasi yang terjadi di Turki membuat Turki bergantung pada Barat. “Krisis ekonomi yang dialami Turki di saat sekarang ini dengan jatuhnya mata uang lira, ini tidak bisa dilepaskan dari keterikatan Turki dalam kapitalisme global,” jelas Farid.

Karena itu, jika Muhammad bin Salman melihat sekularisasi akan membangkitkan Saudi, menurut Farid, nasibnya tidak akan jauh berbeda dengan Turki saat ini.

Kebangkitan yang Sahih

Farid mengatakan, persoalan kebangkitan itu seharusnya dilihat bukan sekadar semata-mata bangkitnya suatu negara, tapi harus dikaitkan dengan apakah kebangkitan itu adalah kebangkitan yang sahih atau tidak.

“Negara-negara Barat, memang bangkit dengan ideologi kapitalismenya menjadi negara adidaya di dunia, tapi kebangkitan itu adalah kebangkitan yang tidak sahih, tidak didasarkan pada landasan yang benar,” bebernya.

Farid menilai, negara-negara Barat adalah negara-negara yang kaya dengan cara merampok kekayaan alam negara lain melalui kekuatan ekonomi mereka, melalui International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia, dan pasar bebas.

Selain itu, ideologi yang diadopsi oleh Barat, yakni kapitalisme telah gagal menciptakan dunia yang sejahtera, telah gagal menciptakan dunia yang aman.

Karena itu, Farid mengatakan kebangkitan yang sahih adalah kebangkitan yang didasarkan pada ideologi Islam. “Kebangkitan berdasarkan ideologi Islam ini bukan hanya memunculkan negara adidaya yang maju secara sains dan teknologi, tapi juga menjadi negara yang memberikan kebaikan pada umat manusia,” jelasnya.

Seharusnya, lanjut Farid, jika Saudi ingin bangkit dengan cara yang sahih bukan merujuk kepada kapitalisme liberal, tapi merujuk kepada Islam.

Seperti diketahui, beberapa kebijakan MbS yang kental dengan liberalisasi dan sekulerisasi adalah dikeluarkannya izin pemakaian bikini di pantai-pantai privat kawasan King Abdullah City dan pria-perempuan yang belum menikah atau non-mahram juga diperkenankan bercengkrama di depan publik selama berada di pantai di kawasan tersebut.

Selain itu, melegalkan wanita dan pria asing yang bukan mahram tinggal bersama selama berlibur di negara kerajaan. Aturan yang sebelumnya dilarang keras ini telah dilegalkan Saudi demi menarik minat wisatawan internasional.

Saudi juga mengizinkan penjualan minuman keras bagi orang-orang di atas 21 tahun di Kota NEOM.[] Ade Sunandar

Share artikel ini: