Lelucon Pemilihan Presiden Mesir
Headline sejumlah surat kabar utama Mesir setelah lelucon pemilihan. “Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menyapu bersih dengan 96,9 persen suara di Alexandria,” kata surat kabar Almasry Alyoum.
Hasil awal pemilihan presiden 2018, setelah penghitungan komite distrik Sinai Selatan, menunjukkan bahwa perolehan kandidat presiden Abdel Fattah al-Sisi sebanyak 45.090 suara, yakni memperoleh 95,6%. Sedangkan kandidat kedua Moussa Mustafa Moussa mendapat 2.053 suara, yakni memperoleh 4,4%.
Pemilihan presiden dimulai pada hari Senin, 26 Maret, dan berlangsung sampai jam 10 Rabu malam, 28 Maret. Selama tiga hari itu terlihat antusias pemilih, dan terlihat antrian panjang pemilih hingga jarak yang jauh di tengah sukacita dan kebahagiaan dari rakyat Mesir. Sehingga maraton pemilu itu berubah menjadi karnaval meriah. Menurut hasil tersebut tingkat partisipasi rakyat mencapai 37,7 persen.
*** *** ***
Jumlah mereka yang memiliki hak pilih di seluruh penjuru Mesir adalah 59.078.138 pemilih. Mereka memilih di 13.706 komite cabang yang diwakili oleh komite umum, diawasi oleh 18.000 hakim, dan dibantu oleh 110.000 karyawan.
Sejumlah media tidak malu untuk menggambarkan pemilu tersebut sebagai pernikahan Mesir dan rakyat Mesir. Bahkan menyuguhkan berbagi adegan sukacita dan kegembiraan di jalan-jalan. Namun pada saat yang sama mereka mengumumkan bahwa tingkat partisipasi rakyat hanya mencapai 37,7%. Juga media-media itu tidak malu memainkan genderang dan seruling untuk mengiringi nyanyian kebohongannya. Padahal sudah menjadi rahasia umum tentang sejauh mana kebencian rakyat Mesir terhadap presiden ini, dan ketidaksukaannya. Bukti-bukti untuk hal ini lebih besar daripada yang ditutupi oleh suara genderang atau seruling yang mereka mainkan.
Tingkat pengangguran di kalangan anak muda mencapai sekitar 38 persen, menurut laporan Badan Pusat Statistik untuk Mobilisasi Publik dan Statistik (CAPMAS) Mesir, pada kelompok usia 18 hingga 29 tahun.
Mesir adalah salah satu negara yang hidup dalam kemiskinan di antara warganya, dengan 30 juta warga Mesir hidup di bawah garis kemiskinan ekstrim, termasuk tingginya angka pengangguran yang mencapai 3,5 juta orang, menurut statistik resmi.
Sebuah laporan resmi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik untuk Mobilisasi Publik dan Statistik (CAPMAS) Mesir menegaskan bahwa tingkat kemiskinan naik menjadi 5,3 persen pada 2015, sementara pada 2012 angka itu hanya 4,4 persen. Tingginya angka kemiskinan ini disebabkan oleh meroketnya harga pangan dan mahalnya biaya hidup di Mesir.
Menurut statistik dalam laporan Badan Pusat tersebut yang dirilis bertepatan dengan Hari Internasional Pemberantasan Kemiskinan, bahwa kenaikan tingkat kemiskinan dari 25,2 persen di tahun 2011, menjadi 26,3 persen pada tahun 2013, dan mencapai 27,8 persen pada tahun 2015. (Majalah Almar’ah Alarabiyah).
Adapun terkait utang, Kementerian Keuangan mengumumkan bahwa total utang dari anggaran negara—lokal dan asing—naik menjadi 3.676 miliar pound, yaitu 3.676 triliun pound, pada akhir Maret 2017, ini setara dengan 107,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB). (Alyoum Alsabi’)
Bahkan republik pisang sekalipun merasa malu untuk mengeluarkan hasil ini kepada presiden mereka. Lalu siapa mereka yang memilih presiden tersebut?
Masyarakat akan binasa dengan mendiamkan lelucon ini, dan tidak akan membawa keselamatan dengan pemilu baru, meski berlangsung dengan bebas dan adil, jika rezim yang berkuasa dan kelas penguasanya tetap itu itu saja bukan yang lain, begitu juga halnya dengan mereka yang memilih tetap mereka mereka saja. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (TQS Ar-Ra’d [13] : 11).
Perubahan tidak akan pernah ada kecuali dengan Islam, di bawah naungan Khilafah Rasyidah kedua yang tegak di atas metode kenabian, ‘ala minhājin nubuwah. [Yusuf Salamah – Muhammad Bajuri]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 31/3/2018.