Media Italia mengumumkan hilangnya lebih dari 30 orang setelah dua kapal migran dari Tunisia tenggelam, sementara Penjaga Pantai Italia mengatakan hari ini, Ahad (6/8), bahwa mereka telah menemukan dua mayat dan menyelamatkan 57 orang di lepas pantai pulau Lampedusa, di selatan negara itu.
Kantor berita Italia ANSA mengutip para penyintas yang mengatakan bahwa dua kapal migran berangkat dari pelabuhan Sfax di Tunisia selatan, yang merupakan salah satu pusat krisis migrasi, dan tenggelam pada Sabtu saat mereka menuju ke Eropa.
ANSA mengatakan bahwa salah satu dari dua kapal membawa 48 dan yang lainnya membawa 42 orang, serta menambahkan bahwa penjaga pantai menemukan korban selamat sekitar 23 mil (46 km) barat daya Lampedusa, serta dua korban, seorang wanita dari Pantai Gading dan bayinya yang berumur satu tahun. Seorang juru bicara penjaga pantai mengatakan dia hanya bisa memastikan jumlah orang yang selamat dan penemuan kedua mayat tersebut.
Bukan rahasia lagi bahwa berkas imigrasi itu menjadi bahan pertemuan berulang kali antara Presiden Tunisia Kais Saied dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni yang sangat memusuhi kaum imigran.
Kaum Muslim meninggalkan rumah mereka untuk melarikan diri dari penganiayaan penguasa pengkhianat atau untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Negara-negara Barat sejak pasukan mereka mendarat di pantai Afrika Utara sebagai penjajah, mereka memiliki satu tujuan, yaitu menjarah kekayaan wilayah ini, karena mayoritas negara Muslim menderita wabah kolonialisme selama tiga abad terakhir. Mereka telah menyaksikan eksploitasi negaranya, sumber daya alamnya, kekayaan intelektualnya, dan bahkan sumber daya manusianya. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah pengungsi adalah dengan menghilangkan penjajah, serta perluasan dominasi dan pengaruh lokal mereka (hizb-ut-tahrir.info, 7/8/2023).