Mediaumat.info – Berkenaan segala peristiwa politik di negeri yang tengah menerapkan sistem politik sekuler selama ini, semestinya umat memikirkan kembali untuk mempertahankan sistem politik ini atau tidak.
“Sepertinya kita mesti memikirkan ulang, apakah politik sekuler masih layak untuk dipertahankan?” ujar Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pelita Umat Chandra Purna Irawan dalam keterangan tertulis, yang terima media-umat.info, Sabtu (23/3/2024).
Terlebih pasca gelaran pemilu 14 Februari 2024 kemarin yang, menurutnya, banyak pihak kecewa melihat tingkah pola politisi, setelah selama ini pula, rakyat menaruh harapan besar kepada mereka.
Kata Chandra, pengharapan rakyat yang berlebih kepada para politisi dimaksud, bagai pungguk merindukan bulan. Maknanya, mereka mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan di dalam sistem politik sekuler ini.
Sekadar ditambahkan, tanpa rasa malu sedikit pun, hal-hal tak beretika, bermoral dan koruptif misalnya, sangat terang-benderang dipertontonkan kepada publik.
Sehingga secara tidak langsung, mengindikasikan perpolitikan saat ini memang keras, sadis, bahkan terkadang tidak bermoral dan berperikemanusiaan. “Teman bisa saling ‘makan’ apalagi lawan,” cetus Chandra.
Tak ayal, ia pun membenarkan ungkapan bahwa dalam berpolitik hari ini tidak ada teman dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. “Dalam politik tidak ada musuh yang abadi dan tidak ada teman yang selamanya,” ungkapnya.
Artinya, peristiwa demi peristiwa politik yang dipertontonkan kepada publik, makin membuktikan bahwa setiap saat bisa berubah.
Melihat hal ini, kata Chandra lebih lanjut, publik akhirnya meyakini partai-partai politik di negeri ini sudah mengalami degradasi moral politik, bukan lagi demi kemaslahatan rakyat dan kebaikan bersama melainkan kepentingan pribadi dan kelompok.
“Kepentingan rakyat dan bangsa hanya sekadar menjadi jargon-jargon politik seperti ‘demi rakyat’, ‘demi kepentingan bangsa’, ‘demi kedaulatan’, dsb.,” pungkasnya. [] Zainul Krian