Lalu Apa?

 Lalu Apa?

Tanggal 15 Agustus adalah saat AS mendapatkan penghinaan terbesar karena merupakan kegagalan resmi atas perang sepanjang dua dekade yang mereka lakukan di Afghanistan. Mereka membual membangun kembali bangsa dan membawa kebebasan dan keadilan bagi negara itu dengan cara sekuler. Hari ini kita menyaksikan mereka dengan perasaan malu menyelinap keluar setelah bertahun-tahun mencari jalan keluar lewat cara yang paling tidak memalukan. Mereka mengangkat tangan terhadap Taliban yang mereka singkirkan saat memasuki perang melawan teror Afghanistan pada tahun 2001, dan secara terbuka membuktikan bahwa Taliban tidak dapat dikalahkan oleh mereka setelah 20 tahun mencoba melawan.

Taliban menyapu seluruh negara dengan mengambil sebagian besar ibukota provinsi di bawah kendali mereka dengan hampir tidak ada perlawanan dan tidak ada pertumpahan darah. Setelah penarikan pasukan AS, pihak intelijen telah memperkirakan bahwa Taliban akan mengambil alih ibu kota negara Kabul dalam 3 sampai 9 bulan yang akan menjadi runtuhnya pemerintah dan militer. Namun, hal itu terjadi jauh lebih cepat dan lancar seperti yang diperkirakan. Banyak wilayah negara yang secara harfiah diserahkan dan menyerah kepada Taliban oleh para gubernurnya tanpa pertanyaan.

AS dan sekutu NATO-nya menghabiskan miliaran dolar, jika tidak triliunan dolar selama dua dekade untuk melatih dan memperlengkapi pasukan keamanan Afghanistan. Mereka mengirim pasukan yang tak ada habisnya, mengirim putra dan putri negeri mereka ke tanah ini dengan harapan bisa menduduki dan menaklukkan penduduk kaum Muslim. Tetapi semua ini telah menunjukkan bahwa apa yang disebut negara adidaya AS begitu lemah dan dapat dikalahkan, tidak peduli seberapa keras mereka berteriak dan membual bahwa mereka tidak bisa dikalahkan.

Jadi bagaimana Afghanistan sekarang? Taliban dengan semangat dan ketabahan mereka yang tak tergoyahkan mampu menang melawan AS dan sekutu mereka. Apa yang sekarang terbentang di depan adalah tingkatan lain. Mereka sekarang adalah pemimpin Afghanistan, mereka harus memerintah dan melindungi seluruh bangsa. Imarah Islam, sebagaimana Taliban menyebut dirinya, mengklaim “akan, sebagaimana biasa, melindungi kehidupan, harta benda, dan kehormatan mereka, dan menciptakan lingkungan yang damai dan aman bagi negara tercintanya.” Mereka telah meyakinkan bahwa mereka akan memerintah dengan Syariah dan melindungi hak-hak kaum perempuan.

Setiap pemimpin masa depan di Afghanistan harus memiliki pendekatan ini secara pasti. Taliban sekarang tidak boleh tetap terlibat atau membiarkan campur tangan atau keterlibatan tangan asing. Mereka HARUS memutuskan semua hubungannya dengan AS, Inggris, Eropa, Rusia, China dan semua negara yang mengaku memiliki kepentingan dan bersedia membantu mereka. Rasulullah SAW menyebutkan dalam suatu hadits “Seorang mukmin tidak terperosok ke dalam lubang yang sama dua kali.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah). Sudah terlalu lama kita membiarkan musuh-musuh mendikte kita. Cukup sudah! Mereka selalu menjadi akar masalah dan akan selalu demikian selama kita mengizinkan!

Yang dibutuhkan sekarang adalah penerapan sistem Khilafah Islam, yang merupakan satu-satunya sistem yang akan menjamin semua janji yang dibuat serta mencegah semua campur tangan asing. Para pemimpin Afghanistan harus menjadi orang-orang yang terhormat untuk memulai penyatuan seluruh umat, bi’iznillah. Dibutuhkan kepemimpinan yang akan menerapkan Islam sebagai sistem kehidupan yang komprehensif. Sistem pendidikan, sistem peradilan, sistem ekonomi, sistem sosial dan sistem politik yang tersebar jauh di seluruh dunia yang akan memungkinkan dunia menjadi makmur dan harmonis. Sungguh hebat kemenangan yang akan diraih umat Islam!!

Kita berdoa agar kita menyaksikan hari-hari ini segera dan kebaikan ini datang dari perubahan baru di Afghanistan.

Podcast Suara Ummah

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *