Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengadakan konferensi pers pada hari Rabu (14/2), selama kunjungan Erdogan ke Kairo, setelah hampir 12 tahun perselisihan antara kedua negara (skynewsarabia.com, 14/2/2024).
**** **** ****
Dalam kunjungan pertamanya, setelah 12 tahun dinyatakan terputus, kini hubungan intim antara presiden Mesir dan Turki kembali dipertontonkan ke publik, karena sebenarnya tidak ada keterputusan hubungan, meski antara kedua presiden saling kontra, begitu juga dengan media kedua negara. Pada saat itu, kontra tersebut digunakan oleh tuannya, dimana keduanya bekerja untuk kepentingannya, serta menciptakan suasana bagi Erdogan untuk membendung Ikhwanul Muslimin yang melarikan diri dari penindasan rezim Mesir, dan melemparkan mereka ke dalam pelukannya, dimana Erdogan memperlihatkan permusuhan terhadap rezim Mesir dan pimpinannya, serta memberi mereka ruang untuk melampiaskan kemarahan yang bergelora dalam jiwa mereka terhadap rezim Mesir.
Permusuhan ini memungkinkan Erdogan untuk menangani masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh rezim Mesir, terkait segala hal yang dapat melayani dan menjaga kepentingan Amerika, yang memungkinkannya untuk memperluas dan menstabilkan pengaruhnya, serta melaksanakan proyek-proyeknya di kawasan tersebut.
Pemulihan hubungan ini, yang telah membuka jalannya sejak lama, kini diperlukan oleh kepentingan Amerika untuk mengatasi masalah-masalah yang sesuai dengan kepentingan tersebut, dimana kedua presiden mengacu pada masalah-masalah spesifik yang sama dalam konferensi pers yang diadakan di antara mereka, mulai dari Gaza dan upaya Amerika untuk menyelesaikan masalah Palestina melalui proyek solusi dua negara, hingga upaya memperbaiki citra kedua antek tersebut dengan berbagai bantuan, memindahkan beberapa orang yang terluka dan korban lainnya, serta tawar-menawar yang mereka lakukan untuk mengurangi dan meringankan tuntutan mujahidin di Gaza hingga menerima kesepakatan Amerika, juga pembicaraan tentang rekonstruksi dan perusahaan-perusahaan Turki yang memasuki kawasannya setelah perang dan mendapatkan bagian dari hal tersebut, yang seolah-olah tuan mereka telah memutuskan untuk mengakhiri perang dan menyelesaikan masalah ini!
Kemudian situasi di Libya serta upaya untuk memperluas dan menstabilkan pengaruh Amerika di sana dengan mengorbankan Inggris, hingga Sudan dan Somalia, serta segala sesuatu yang akan menguntungkan kepentingan Amerika, yang kini berupaya memberikan peran lebih besar kepada Erdogan di kawasan untuk membendung orang-orang yang mempunyai jiwa islami didalamnya dengan pakaian rubah yang dikenakannya. Jangan kita lupakan masalah ekonomi dan krisis besar yang dialami Mesir, yang mengancam keberadaan rezim, dan kebutuhan rezim untuk membendung rakyat. Sehingga, bisa jadi pemulihan hubungan ini akan menjadi awal dari rekonsiliasi dengan Ikhwanul Muslimin di sana, dan mungkin juga agar sebagian kembali, yang kemudian melalui mereka ini, rezim akan membendung segala kemungkinan gerakan rakyat jika terjadi ledakan jalanan yang diperkirakan akan terjadi suatu saat nanti.
Intinya di sini, seperti yang telah kami katakan dan ulangi sebelumnya, adalah bahwa tidak ada permusuhan nyata antara Sisi dan Erdogan, sehingga jika kepentingan Amerika memerlukannya, maka mereka akan bertemu dan berpelukan, itulah yang sebenarnya terjadi sekarang setelah kedua rezim tersebut ditelanjangi di hadapan banjir Gaza dan apa yang terjadi pada rakyatnya, serta sikap keduanya yang memalukan terhadap saudara kami di tanah yang diberkati, yang dengan terang-terangan bersekutu dengan entitas Yahudi, dan dukungan keduanya dalam perangnya, mulai dari pengepungan dan konspirasi terhadap saudara kami di Palestina, dan upaya mereka untuk menyeretnya ke dalam penyelesaian yang diinginkan Amerika, dan hanya sekedar basa-basi dengan pengiriman bantuan yang tidak berguna sama sekali, serta tidak melindungi rakyat Gaza dari pemboman dan pembunuhan entitas Yahudi, juga tidak membuat mereka bersabar atas penderitaannya, dimana mereka sekarat karena kelaparan di bawah blokade mereka terhadap saudara-saudaranya, sebelum pemboman musuh mereka dan musuh umatnya!
Tanah Palestina adalah milik seluruh umat, sehingga kewajiban untuk membebaskannya menjadi tanggung jawab seluruh umat, dan merupakan kewajiban yang paling wajib bagi Mesir dan tentaranya. Satu-satunya solusi yang segera dan wajib bagi masalah Palestina bukanlah mengirimkan bantuan atau mendirikan rumah sakit lapangan. Meski semua ini penting, namun satu-satunya kewajiban dan solusi adalah memobilisasi tentara untuk menolong saudara kami di tanah yang diberkati dan mencabut momok entitas ini dari akarnya, membuang jauh-jauh solusi Barat, serta keluar dari lembaga-lembaga dan institusi-institusi kolonialnya. Tentara-tentara ini wajib mencabut segala sesuatu yang dapat mencegah dan menghalanginya dari membebaskan seluruh Palestina, sedang hambatan pertama dalam hal ini adalah keberadaan rezim-rezim yang membahayakan ini, terutama rezim Mesir. Jadi, benar orang yang mengatakan bahwa pembebasan Palestina diawali dengan pembebasan Kairo. Kami mohon kepada Allah untuk membebaskan Kairo dan tentaranya agar dapat bergerak memerdekakan tanah Islam dan menolong rakyatnya dimanapun berada. Allah Swt. berfirman:
﴿وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ وَالَّذِينَ آوَواْ وَّنَصَرُواْ أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقّاً لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ﴾
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.” (TQS. Al-Anfāl [8] : 74). [] Said Fadl
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 19/2/2024.