Kunjungan Biden Hanya untuk Menjarah Kekayaan Umat, Memperkuat Pendudukan, dan Berusaha Mengintegrasikan Entitas Yahudi ke Kawasan Timur Tengah

Dalam sebuah artikel di Washington Post sebelum kunjungannya ke kawasan itu, Presiden AS menekankan bahwa kunjungan ini datang dalam konteks “mengamankan kepentingan AS, perdagangan global, dan rantai pasokan di mana kita bergantung pada sumber daya energi mereka, serta untuk mengurangi dampak pada pasokan global dari perang Rusia di Ukraina.”

Berbicara tentang Palestina, Biden menegaskan bahwa pemerintahannya telah memberikan paket dukungan terbesar kepada entitas Yahudi dalam sejarah (lebih dari 4 miliar dolar). Gedung Putih menegaskan bahwa Biden ingin menggunakan kunjungannya ke Timur Tengah untuk memperdalam integrasi entitas Yahudi di kawasan itu, dan akan bekerja untuk membuat kemajuan dalam hubungan normal antara entitas Yahudi dan Arab Saudi. Adapun otoritas dan para pemimpinnya, maka mereka tidak memiliki bagian dalam kunjungan Biden selama satu jam atau kurang ini, di mana waktunya akan habis digunakan untuk menyampaikan instruksi Amerika pada mereka, dan kesempatan untuk berfoto dengan tuan mereka, serta beberapa remah-remah yang akan diberikan pemerintahannya ke rumah sakit di al-Quds (Yerusalem).

Tidak ada keraguan bahwa isu Palestina tidak masuk dalam kunjungan Biden, bahkan pemerintahannya telah meletakkannya di rak dan cukup puas dengan mengelola file serta menjaga stabilitas relatif—yang menjamin akses dan perjalanan entitas Yahudi—sehingga masalah ini tidak mempengaruhi file panas dan terpanas di Amerika, seperti perumusan aliansi regional dan perang Ukraina.

Terlepas dari eksploitasi Amerika ini, yang menipu seluruh dunia, dengan membuat perang dan membahayakan umat manusia terkait makanan, bahan bakar dan ekonominya, demi mendukung dan memperkuat entitas Yahudi, serta memastikan kelangsungan hidupnya dan berusaha untuk mengintegrasikannya ke dalam kawasan Timur Tengah melalui sebuah aliansi ekonomi dan militer dengan negara-negara Teluk, sehingga hal ini menempati posisi terdepan dalam prioritas kunjungannya. Mengapa demikian, sebab Amerika memandang entitas hantu ini sebagai pangkalan militer terdepan dalam menghadapan umat Islam, sebagai satu-satunya kekuatan yang mampu mengakhiri kesombongan Amerika ini, jika umat Islam bersatu dan mendirikan kekhalifahannya.

Apa yang dituntut dari otoritas dan faksi-faksi—buatan Amerika—adalah mempertahankan status quo untuk menjamin kepentingan Amerika saja tanpa pertimbangan apapun untuk lainnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika beberapa pemimpin mereka menyatakan bahwa mereka telah mengambil keputusan (atau telah memerintahkan mereka) untuk tidak mengganggu kunjungan presiden Amerika ke wilayah tersebut.

Ketika para pemimpin otoritas tunduk di hadapan Amerika dan berpegang teguh pada talinya yang lemah, sebagai kelanjutan dari ketergantungan mereka pada Barat, yang menciptakan otoritas mereka, maka mereka tidak memiliki hak untuk maju atau mundur terkait keputusan pihak yang mengeksploitasi mereka. Juga untuk melanjutkan persekongkolan di tanah yang diberkati, di mana fungsi utama otoritas ini, selain melindungi keamanan orang-orang Yahudi, adalah memerangi rakyat Palestina secara politik, ekonomi, sosial dan moral.

Jadi, kunjungan Biden ini hanya akan menyebabkan rakyat di kawasan itu lebih terhina, semakin diselimuti kesulitan dan bertambahnya ketergantungan pada Amerika. Mengingat Amerika tengah berusaha memanfaatkan para penguasa boneka itu untuk mengurusi semua kepentingannya, menjarah kekayaannya, serta mengencangkan cengkeramannya pada saluran air dan rantai pasokan, agar Amerika tetap memegang kendali dunia

Warga Muslim Palestina menyadari sejauh mana permusuhan Amerika terhadap mereka, serta terhadap Islam dan kaum Muslim. Sehingga mereka tidak mengharapkan kebaikan apapun darinya. Sebab, Amerika itu dasar dan sponsor pendudukan, juga penyebab berbagai bencana, perang, serta kehancuran negara-negara Muslim di Irak, Suriah, Yaman, Afghanistan dan lain-lainnya. Mereka tidak akan menyambut musuh mereka yang menodai tanah mereka yang diberkati, bahkan mereka mengingkari para penguasa boneka yang begitu bergantung pada Amerika dan melayani kepentingannya. Sebaliknya, mereka menantikan hari seperti hari Hittin dan Ain Jalut, di mana kaum Muslim akan melenyapkan pengaruh Amerika dan Eropa di negara-negara Muslim dan mencabut alat mereka, entitas Yahudi.

Ini adalah seruan dari tanah yang diberkati kepada tentara umat untuk melepaskan diri dari ikatan para penguasa bonekanya, mengambil kembali kendali urusannya, dan mengembalikan kekuasaan yang direbut dari umatnya. Kemudian bergerak untuk menggulingkan rezim-rezim boneka ini, menghilangkan pengaruh kolonial Amerika, dan bergerak untuk membebaskan tempat Isra’nya Nabi SAW, serta memberi orang-orang kafir pelajaran yang akan membuat mereka lupa pada bisikan setan sebagai akibat dari permusuhan mereka terhadap kaum Muslim dan tempat-tempat sucinya.

﴿قُل لِّلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمِهَادُ﴾

Katakanlah (Muhammad) kepada orang-orang kafir, ‘Kamu (pasti) akan dikalahkan dan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal’.” (TQS. Ali Imran [3] : 12).

Sumber: pal-tahrir.info, 13/7/2022.

Share artikel ini: