Mediaumat.info – Dr. H. Abdul Chair Ramadhan, S.H., M.H., ahli hukum pidana sekaligus pemerhati zionisme, mengungkapkan Zionis menguasai sebagian besar ekonomi dunia, yang dengan itu mereka bisa mengatur dan mengarahkan pemerintahan negara-negara di dunia.
“Zionis menguasai sebagian besar ekonomi dunia, yang dengan itu mereka bisa mengatur dan mengarahkan pemerintahan negara-negara di dunia,” ujarnya kepada media-umat.info, Kamis (19/9/2024).
Dalam kepentingan hal inilah, lanjutnya, mereka (Zionis) mengendalikan Amerika Serikat dan dengan itu membangun sistem moneter yang berada di dalam kendali mereka.
“Zionis memang berambisi menguasai dunia dengan pemerintahan di bawah kakinya. Jika Freemason sebagai pelanjut cita-cita para kabalis yang telah berusia 4000 tahun itu menjadikannya demikian militan membangun suatu tatanan dunia baru, maka begitu pula kekuatan Zionis internasional saat ini. Dalam merealisasikan tujuannya, keberlangsungan generasi harus terus menerus terjaga dan tetap pada satu tujuan bersama guna pembentukan tatanan dunia baru. Keberlangsungan generasi tersebut dapat dilihat pada dinasti keluarga Rothschild,” lanjutnya.
Mayer Amschel Bauer, bebernya, adalah pendiri dinasti perbankan Rothschild yang memang berambisi mengendalikan keuangan di seluruh negara.
“Pada tahun 1790, dia melontarkan ungkapan yang mengejutkan bahwa dirinya akan mengendalikan perputaran uang di seluruh negara dan kemudian dibuktikannya,” ungkapnya.
Demikian kuat dan berpengaruhnya Mayer Amschel Bauer, ujarnya, sampai keturunannya Baron Lionel Walter Rothschild sangat berarti bagi Barat. Sejarah mencatat, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour berkirim surat pada Baron Rothschild yang isinya menyatakan bahwa pemerintah Inggris mendukung Yahudi untuk menempati tanah Palestina. Surat tertanggal 2 November 1917 itu dikenal dengan Deklarasi Balfour dan menjadi akar masalah konflik Palestina-Israel hingga saat ini.
“Sementara itu, guna melestarikan harta dan kekayaannya Rothschild mengatur garis keturunannya sendiri dengan tegas di mana anak cucunya harus menikah dengan saudaranya sendiri. Dari generasi ke generasi, keturunan Rothschild dipercaya sebagai keluarga yang paling kaya sepanjang sejarah kehidupan manusia,” jelasnya.
Selama lebih dari 230 tahun, tuturnya, keluarga Rothschild mampu memiliki hampir semua bank sentral di dunia. Hanya tiga negara yang bank sentralnya tidak menerima tambahan modal dari dinasti Rothschild yaitu Iran, Kuba, dan Korea Utara.
“Sejak mengakuisisi Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral AS (The Fed), selama ratusan tahun, anak cucu Rothschild sangat aktif membangun bisnis perbankan keluarga. Selama ratusan tahun, keluarga Rothschild dipercaya sering mengancam para pemimpin negara pemerintahan dan kabinet,” bebernya.
Keturunan Rothschild, ungkapnya, menempatkan orang-orang kepercayaan dari keluarganya untuk mengatur dan mengendalikan bank-bank sentral tersebut. Keluarga Rothschild juga mengendalikan tiap pemerintahan di level makro. Kekayaan keluarga Rothschild kabarnya mencapai USD 10 triliun yang didapatan dari dinasti perbankan yang dibangun dan dikelola bersama secara turun temurun.
Sebagai perbandingan, Abdul Chair pun mengutip, Forbes pada tahun 2022 menunjukkan 6 miliarder Yahudi terkaya, mereka adalah, pertama, Larry Ellison dengan mencapai USD 102,9 miliar utamanya berasal dari Oracle. Pemilik perusahaan raksasa software ini berada di urutan ke-8 sebagai orang terkaya dunia.
Kedua, Larry Page & Sergey Brin, dua orang pendiri sebuah raksasa teknologi (Google). Larry Page memiliki kekayaan mencapai USD 85,2 miliar. Adapun Sergey Brin sedikit di bawahnya yaitu USD 81,8 miliar.
Ketiga, Steve Ballmer, mantan CEO Microsoft ini memiliki kekayaannya mencapai USD 78,9 miliar.
Keempat, Michael Bloomberg, kekayaannya diperoleh dari bisnis media yang berfokus pada berita bisnis dan keuangan. Kepemilikannya di Bloomberg mencapai 88% menjadikan kekayaannya mencapai USD 76,8 miliar, kelima Michael Dell, kekayaannya berasal dari bisnisnya di dunia computer yang bermodalkan USD 1.000 bertumbuh hingga membuatnya memiliki kekayaan USD 52 miliar.
Selain itu, lanjutnya, orang-orang Yahudi juga telah menguasai pusat keuangan di Wallstreet sebagai salah satu bursa saham terbesar di dunia. Sirkulasi keuangan di Amerika Serikat telah dikuasai oleh orang-orang Yahudi sejak awal abad XX sampai sekarang.
“Di samping itu, mereka juga menguasai bidang-bidang industri publik, perdagangan internasional oleh perusahaan-perusahaan raksasa, yang tersebar di seluruh Amerika, Eropa dan negeri-negeri di Asia dan Afrika. Sebagai misal, di Amerika, orang-orang Yahudi menguasai perusahaan General Electric, Fairstone, Standard Oil, Texas dan Mobil Oil,” ungkapnya.
Berlakunya, novus ordo seclorum (tatanan dunia baru), tuturnya, melalui globalisasi telah memperlihatkan kedaulatan negara semakin pudar. Peran negara telah tergantikan dengan aktor nonstate.
“Oligarki ekonomi dan politik memiliki posisi dominan yang terhubung dengan kepentingan global. Kedaulatan oligarki semakin menjadi. Tidak hanya kedaulatan rakyat dan kedaulatan negara yang digantikan, namun juga kedaulatan Tuhan. Pada akhirnya aktor global tersebut mampu menjadikan negara merdeka sebagai negara satelit. Demikian itu memang telah direncanakan sejak lama guna sistem global dalam novus ordo seclorum,” ujarnya.
Mencegah
Abdul Chair juga menegaskan, bahwa globalisasi juga mengandung maksud mencegah kebangkitan Islam. Tegasnya memutus peta jalan sistem kehidupan kenegaraan sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin.
“Tidaklah heran, jika Islam selalu digambarkan sebagai ancaman lipat tiga: ancaman politik, ancaman peradaban, dan ancaman demografi. Kemudian memberikan stereotip yang menggeneralisasi seperti, Islam fanatik, Islam militan, Islam fundamentalis, Islam teroris, dan seterusnya,” bebernya.
Francis Fukuyama dan Huntington ujarnya, pernah meramalkan Islam sebagai musuh bebuyutan Barat. Terlepas asumsi tersebut diterima atau tidak, namun yang jelas ada ketakutan (fobia) terhadap kebangkitan Islam kelak di akhir zaman.
“Kekhalifahan Islam di bawah komando Imam Mahdi akan menghancurkan Zionis Israel. Dajjal pastinya dieksekusi oleh Nabi Isa AS. Saat itulah terjadi benturan yang demikian dahsyat. Bukan benturan peradaban (clash of civilizations) sebagaimana dikatakan Huntington, namun adalah puncak benturan antara yang hak dan batil. Antara hak dengan batil tidak mungkin bersatu. Dikatakan demikian oleh karena hak itu berpihak kepada Allah, sementara batil berpihak kepada musuh-musuh Allah,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat