KTT NATO di Washington, Tujuh Puluh Lima Tahun Agresi dan Arogansi
Presiden AS Joe Biden membuka KTT NATO di Washington DC. KTT ini diselenggarakan bertepatan dengan peringatan 75 tahun berdirinya aliansi agresif militer internasional yang dipimpin oleh Amerika dan negara-negara Eropa Barat. Aliansi ini yang selalu memicu perang regional dan lokal yang tiada henti. Aliansi ini juga yang mendatangkan malapetaka dan kerusakan di dunia, serta menciptakan sarang konflik dan titik ketegangan yang tak terhitung jumlahnya di lima benua.
Pada pembukaan KTT, Biden mengucapkan kata-kata manis dan menipu; dia memuji aliansi tersebut dan membesar-besarkan pencapaiannya, dalam pidatonya pada peringatan tujuh puluh lima tahun berdirinya aliansi tersebut, dan hal itu dia hubungkan dengan pentingnya tempat yang sama di mana perjanjian pertama ditandatangani 75 tahun yang lalu. Namun pada kenyataannya, dia mengabaikan fakta bahwa NATO memiliki karakter kolonial yang ekspansionis, sehingga dengan penuh dustas dan kebohongan, dia menggambarkan NATO sebagai organisasi yang berkontribusi dalam menyebarkan perdamaian dan stabilitas global!
KTT saat ini fokus secara umum pada dukungan teguh aliansi tersebut terhadap Ukraina, terutama sejak KTT tersebut terjadi setelah Rusia mengebom kota-kota Ukraina dengan rudal pada Senin lalu (8/7), yang menyebabkan cederanya sebuah rumah sakit anak-anak di Kyiv. Hal inilah yang menjadi perhatian para pemimpin NATO dalam pembicaraannya untuk menyikapi masalah Ukraina di bagian terbesar KTT mereka, sehingga mengalahkan masalah-masalah lainnya. Mereka berjanji memberikan bantuan keuangan tambahan kepada Ukraina senilai 43 miliar dolar pada tahun depan. Bahkan mereka berkomitmen untuk menyediakan senjata baru untuk melindungi wilayah udaranya, termasuk jet tempur F-16.
Mengenai penempatan senjata canggih Amerika yang baru di Eropa, pemerintahan Biden mengumumkan akan mulai mengerahkan rudal jarak jauh di Jerman pada tahun 2026, dan menyebutkan penempatan senjata baru lainnya di Jerman. Gedung Putih dan pemerintah Jerman mengumumkan—di sela-sela KTT NATO, untuk pertama kalinya—sejak Perang Dingin, bahwa senjata Amerika dengan kemampuan besar akan ditempatkan di Jerman, mulai tahun 2026, yang mampu mencapai wilayah Rusia, di antaranya pengerahan rudal jelajah Tomahawk yang menjangkau jarak lebih dari 2.000 kilometer, dan rudal antipesawat SM-6, termasuk mengerahkan senjata hipersonik yang baru dikembangkan, yang memberikan perlindungan lebih baik kepada sekutu NATO di Eropa.
KTT tersebut juga menyerukan penguatan hubungan dengan Jepang dan Korea Selatan menjelang diadakannya pembicaraan dengan para pemimpin Australia, Jepang, Selandia Baru dan Korea Selatan pada hari penutupan KTT. Sementara itu, Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida berjanji untuk memperkuat kerja sama keamanan dengan NATO.
Adapun Rusia, maka Rusia memperingatkan Amerika dan Barat terkait eskalsi permusuhan NATO terhadap Rusia, dan mengatakan bahwa Rusia akan menanggapi setiap eskalasi. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan di St. Petersburg: “Keamanan Rusia akan berada dalam bahaya karena senjata semacam itu, dan ini memerlukan tanggapan dari Rusia.”
China juga menyatakan penolakannya terhadap pernyataan KTT NATO. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada hari Kamis menyatakan kecaman dan penolakan keras China terhadap deklarasi yang dikeluarkan oleh KTT NATO. Dia mengatakan bahwa pernyataan NATO: “Menyulut ketegangan di kawasan Asia-Pasifik, penuh dengan pernyataan permusuhan yang mengandung mentalitas Perang Dingin, serta penuh dengan bias, distorsi, dan provokasi,” karenany China telah mengajukan protes resmi yang serius kepada NATO mengenai hal ini.
Pandangan para anggota utama aliansi Amerika dan Eropa adalah pandangan hegemoni dan arogansi. Adapun pandangan Amerika terhadap aliansi ini, khususnya adalah pandangan mengenai kepemimpinan dan manajemen yang eksploitatif, yaitu mengatur keuntungan materi, karena Amerika dan sekutu-sekutu utamanya memandang dunia sebagai lahan pertanian mereka, tempat kolonialisme, eksploitasi dan eksploitasi.
Amerika menggunakan aliansi tersebut untuk membatasi kemampuan negara-negara besar yang bersaing, terutama Rusia dan China, yang dikepung oleh Amerika dan aliansi tersebut dengan menempatkan kekuatan dan pangkalan militer, serta membangun aliansi militer dengan negara-negara regional dan kecil untuk mengepung China dan Rusia, dan pada saat yang sama Amerika menerapkan perlindungan, subordinasi, dan disiplin terhadap mitra-mitra Eropanya di bawah payung Amerika.
Adapun negara-negara lain di dunia, maka Amerika, melalui aliansi tersebut, melakukan intervensi militer nyata untuk mengekangnya, atau menghancurkan persatuannya, seperti yang dilakukannya pada Libya dan Serbia, atau dengan melakukan intimidasi, ancaman, dan tindakan keras untuk menghalangi dan memaksanya agar patuh, seperti yang dilakukannya pada negara-negara lain.
NATO awalnya didirikan untuk menghalangi Uni Soviet dan mencegah perluasan pengaruhnya di Eropa. NATO seharusnya dibubarkan dan dihapuskan setelah penghapusan Pakta Warsawa yang dipimpin oleh komunis Rusia, dan setelah jatuhnya komunisme, berakhirnya kubu negara-negara komunis, serta runtuhnya Uni Soviet. Namun apa yang terjadi adalah bahwa Amerika dan negara-negara Barat tetap mempertahankan keberadaan NATO, meskipun musuh lama mereka yang komunis telah lenyap, dan kemudian mereka menciptakan musuh baru bagi diri mereka sendiri dan aliansi tersebut, yaitu Islam, yang mereka benci dan disebut sebagai ekstremisme, terorisme, dan fundamentalisme.
Perluasan NATO, masuknya lebih banyak negara seperti Swedia dan Finlandia, serta dukungan terhadap pencalonan Ukraina untuk bergabung dengan NATO di masa depan, semua ini akan memperpanjang umur kolonialisme dan arogansi, serta menjadikan penindasan terhadap negara-negara lemah dan miskin, mengintimidasi negara-negara tersebut, dan mengintimidasi rakyatnya akan menjadi praktik internasional dan kebiasaan global yang permanen.
Situasi internasional yang tidak normal akibat adanya aliansi yang dominan dan tidak adil ini menyodorkan kepada kaum Muslim suatu kenyataan berat yang memerlukan perubahan, penghapusan, dan penyingkiran untuk membersihkan dunia dari kejahatannya, sebab keberadaannya yang berkelanjutan berarti masih adanya ketidakadilan dan arogansi sebagai ciri negatif hubungan internasional, sebagai sifat struktur hubungan yang terdistorsi, dan sebagai pelestarian hegemoni negara-negara kolonial besar.
Perubahan yang diperlukan ini tidak bisa dihindari untuk menyelamatkan umat manusia dari warisan berat yang diwarisi umat manusia setelah Perang Dunia II, yang membebani kaum Muslim, bersama dengan mereka yang tertindas dan teraniaya di dunia.
Misi besar ini hanya dapat diemban oleh para pengemban dakwah dan risalah dari kalangan kaum Muslim yang ideologis, mereka yang berjuang dengan sungguh-sungguh dan gigih untuk melanjutkan kehidupan Islam dan mendirikan Khilafah Rasyidah kedua ‘ala minhājin nubuwah, yang merupakan satu-satunya harapan untuk menyelamatkan umat manusia dari tirani dunia kaum kapitalis dan mesin militer predatornya yang diwakili oleh aliansi kriminal NATO. [] Abu Hamzah Al-Khatwani
Sumber: alraiah.net, 17/7/2024.
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat