KTT G20 Menjadi Alat Politik, Mengorbankan Kepentingan Ekonomi

Mediaumat.id – Sekjen Aliansi Buruh Indonesia (ABI) Imam Ghazali mengatakan forum KTT G20 menjadi alat politik dan mengorbankan kepentingan ekonomi.

“Forum G20 menjadi alat politik yang pada akhirnya mengorbankan kepentingan ekonomi,” ungkapnya dalam Kabar Petang: KTT G20 Bali demi Siapa? di kanal YouTube Khilafah News, Senin (14/11/2022).

Hal itu karena komitmen negara-negara anggota G20 justru pada kapitalisme. Sementara kapitalisme ini sebagai biang krisis, diskriminasi dan eksploitasi terhadap negara-negara lemah.

“Mereka ingin mendapatkan keuntungan dan manfaat serta kekayaan sebanyak-banyaknya. Sehingga KTT G20 ini bagi negara maju adalah alat menguras sumber daya alam, mencari pasar dan mencari buruh murah,” terangnya.

Bagi negara berkembang, sambungnya, KTT G20 mereka jadikan sebagai alat mencari investor. “Parahnya begitu dapat investor yang didapat bukan kesejahteraan rakyat tapi justru untuk kepentingan oligarki yang ada di negara-negara itu yang mendapatkan banyak manfaat investasi,” sedihnya.

Sisi lain, menurut Imam, krisis global yang terjadi di dunia justru berasal dari negara-negara anggota G20. Ia mencontohkan krisis ekonomi akibat perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan karena Uni Eropa, Amerika, Korea Selatan, Jepang, Australia yang mereka semua anggota G20 ikut membantu Ukraina dengan memberikan senjata sehingga perang tidak semakin singkat malah semakin lama.

“Dari sisi menciptakan keadilan, tidak juga. Bahkan diskriminasi yang terjadi di dunia, sumber dan pelakunya juga berasal dari anggota G20. Krisis Timur Tengah misalnya, betapa anggota G20 juga terlibat di sana. Mereka terlibat perang Irak, Suriah, Afghanistan dan lain-lain,” tambahnya.

Menurut Imam, dengan KTT ini Indonesia berharap akan banyak mendapatkan investor. Meski demikian, Imam mengingatkan, investasi dari luar tidak berdiri sendiri tapi satu paket dengan kepentingan investornya.

“Amerika serta negara-negara Eropa setiap kali memberikan investasi, bantuan dan sebagainya selalu satu paket dengan isu DHL (demokrasi, HAM dan lingkungan). Cina meski tidak menggunakan isu DHL tapi dengan turn key project (investasi sepaket dengan tenaga kerjanya), juga pengerukan seluruh sumber daya alamnya,” bebernya.

Oleh karena itu, kata Imam, investasi yang tujuan awalnya itu agar bisa membuka lapangan kerja dan mengurangi pengangguran menjadi tidak tercapai.

“Cina berinvestasi pada beberapa infrastruktur strategis seperti pelabuhan, bandara, stasiun kereta yang punya nilai strategis bagi mereka sehingga bisa menjadi alat politik pada negara yang akan diberi utang,” imbuhnya.

Ideologi yang Benar

Imam mengingatkan sekali lagi, G20 hanya sebagai alat negara-negara kapitalis untuk mencengkeramkan kepentingan-kepentingannya. “Watak kapitalisme yang serakah, memisahkan agama dari kehidupan, menimbulkan banyak kerusakan,” tegasnya sembari mengatakan sehingga wajib ditolak.

Jika ingin menghadirkan forum yang berkeadilan, ujar Imam, butuh landasan dan sistem ideologi yang benar sehingga akan terwujud keadilan dunia yang hakiki.

“Landasan dan sistem ideologi yang benar itu haruslah berasal dari Zat Yang Maha Benar Yang Maha Tahu atas segala permasalahan manusia di dunia. Di sinilah pentingnya Islam dijadikan sebagai solusi karena Islam berasal dari Zat Yang Maha Benar,” yakinnya.

Imam mengajak agar dunia Islam menyadari bahwa menyelesaikan permasalahan dengan kapitalisme apa pun bentuknya tidak akan menyelesaikan masalah tapi justru akan menambah banyak masalah.

“Dunia Islam harus tampil menyejajarkan diri bahkan menguasai untuk memimpin dunia dengan Islam. Untuk itu mereka harus mengampanyekan Islam agar terbentuk kesadaran dan aktivitas kolektif,” ajaknya.

Untuk bisa memimpin dunia, ucapnya, tidak bisa terpecah berkelompok-kelompok. “Harus ada dalam sebuah institusi negara global khilafah islamiah,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Share artikel ini: