Kritikus: Prabowo, PDIP, dan Megawati Hanya Satu Teater

Mediaumat.info – Kritikus Politik Faizal Assegaf menyatakan dinamika antara Prabowo Subianto, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri hanyalah bagian dari satu teater politik yang lebih besar.

“Baik itu Prabowo, PDIP, maupun Ibu Megawati, ini semua hanya satu teater (politik yang lebih besar) saja,” ujarnya dalam siniar Skenario Apa Lagi?! Pura-Pura Ribut, Drama Megawati-Prabowo Ternyata Siapkan Sesuatu?! di kanal YouTube Refly Harun, Selasa (25/2/2025).

Pernyataan tersebut bertentangan dengan opini publik yang menilai hubungan antara Prabowo dan Megawati semakin memanas, terutama setelah Megawati tidak hadir dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Partai Gerindra. Namun, Faizal menepis anggapan tersebut.

“Tidak bisa diukur apakah dia hadir di acara penobatan atau HUT Gerindra. Itu bukanlah parameter yang tepat,” katanya.

Pasalnya, sebut Faisal, dinamika politik antara partai-partai besar dan pemerintah sering kali hanya tampak di permukaan, sementara di balik layar, hubungan mereka tetap erat.

“Orang bisa berhalangan, bisa menciptakan banyak alasan, tetapi sebenarnya mereka tetap terhubung dalam pembagian peran kekuasaan,” ungkapnya.

Faizal menduga bahwa sudah ada pembagian kekuasaan yang jelas di antara mereka.

“PDIP mengendalikan DPR, eksekutif dikendalikan oleh Prabowo, dan hingga hari ini pembagian proyek di antara mereka belum terputus,” jelasnya.

Mengenai penahanan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang banyak dianggap sebagai bukti retaknya hubungan antara petinggi PDIP dan Prabowo, Faizal membantah anggapan tersebut.

“Ya, itu hanya gimik politik saja, soal kasus Hasto dan lainnya,” tegasnya.

Pendapat Faizal mengenai hubungan Prabowo, Megawati, dan PDIP juga selaras dengan pandangannya terhadap Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. Menurutnya, dinamika politik antara NasDem dan pemerintah sangat fleksibel serta mengikuti kepentingan masing-masing.

“NasDem mencoba menarik diri di posisi tengah, tidak menjadi oposisi, tetapi juga tidak sepenuhnya mendukung pemerintah,” ujar Faizal.

Untuk menghindari kesalahan dalam menilai hubungan politik antara partai, tokoh politik, dan pemerintah, Faizal mengajak publik untuk lebih cermat dalam memahami situasi politik di Indonesia.

“Harus ada kekuatan baru yang lahir. Jika benar koreksi terhadap kekuasaan harus dilakukan melalui representasi partai politik, maka saya, Anda, dan seluruh masyarakat juga harus mempertimbangkan infrastruktur partai politik yang ada,” pungkasnya.[] Zainard

 

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: