Kritikan Pedas Eropa Terhadap Para Pemimpin Amerika dan Barat Setelah Keruntuhan Mereka di Afghanistan

Eropa sekutu Amerika mulai bersuara dengan bermunculannya kritikan pedas yang ditujukan kepada pemimpin mereka, Amerika. Presiden Jerman Steinmeier mengatakan di akun Twitter-nya pada 17 Agustus 2021, bahwa “Adegan keputusasaan di Bandara Kabul adalah aib bagi kelas politik di Barat,” dan ia menekankan bahwa “tragedi kemanusiaan yang dialami warga Afghanistan saat berusaha mati-matian untuk meninggalkan negara, sementara kita sama-sama ikut bertanggung jawab untuk itu.” Dia berkata, bahwa “Ini adalah operasi amputasi yang mengguncang kita dan akan mengubah dunia.”

Kanselir Jerman Merkel mengatakan dalam pertemuan partainya, pada 16/8/2021, bahwa “Langkah penarikan tergesa-gesa adalah untuk alasan politik internal khusus Amerika Serikat. Sementara keluarnya pasukan Barat dari Afghanistan, di mana Jerman berpartisipasi di dalamnya, adalah kembali pada keputusan Amerika,” yang berarti bahwa Amerika tidak berkonsultasi dengan sekutunya yang berpartisipasi dalam agresi di Afghanistan sejak tahun 2001. Dia menyamakan apa yang terjadi dengan “permainan domino, ketika sebuah batu runtuh, maka semua batu akan ikut runtuh.” Dia menganggap perkembangan situasi sebagai peristiwa yang “pahit, tragis dan mengerikan.” Dia berkata: “10.000 warga Afghanistan yang bekerja sama dengan tentara Jerman, LSM atau anggota keluarga mereka harus dievakuasi” (Deutsche Presse-Agentur (DPA), 17/8/2021).

“Kami belum mencapai tujuan kami di Afghanistan, dan kami perlu melihat pelajaran dari itu,” kata Merkel. Sementara penggantinya dalam kepemimpinan Partai Demokrat Kristen Jerman dan calon kanselir Armin Laschet mengatakan, “Penarikan pasukan Barat yang terjadi di dalamnya adalah bencana terbesar yang telah menimpa NATO sejak didirikan.” Sementara Menteri Luar Negerinya, Heiko Maas mengatakan, “Masyarakat internasional, pemerintah dan badan intelijen, telah salah perhitungan terkait perkembangan situasi Afghanistan.” Sedangkan sumber-sumber Eropa di Paris mengatakan, “Washington telah salah perhitungan dan menyeret sekutunya yang di belakangnya,” dan menganggap tragedi ini sebagai “kegagalan pemerintahan baru AS dalam ujian serius internasional pertama yang dihadapinya sejak kedatangan Biden” (aljazeera.net, 17/8/2021).

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, pada 17 Agustus 2021, “Taliban telah memenangkan perang dan kita harus berdialog dengan mereka.” “Prioritas blok yang paling mendesak adalah memastikan keberangkatan yang aman bagi warga negara Uni Eropa dan warga Afghanistan yang telah bekerja dengan blok, atau negara-negara anggotanya selama 20 tahun terakhir,” katanya (kantor berita Anatolia, 17/8/2021).

Pernyataan-pernyataan ini menunjukkan pahitnya kekalahan yang telah diterima Barat, dan ketidakstabilan kepercayaan pada pemimpin mereka, Amerika. Semua itu akan memberi mereka pelajaran lain dalam menyerang negeri-negeri Islam, karena mereka bersama Amerika sedang dalam perang salibis untuk mencegah kembalinya Islam dalam pemerintahan, juga untuk melanggengkan kemenangan Barat yang terjadi sejak Perang Dunia Pertama, serta setelah mereka meruntuhkan Khilafah dan pembentukan rezim-rezim antek dan boneka mereka. Sungguh kenyataan ini akan mendorong kaum Muslim untuk melawan kaum kafir Barat, baik Amerika maupun Eropa, guna mengusir mereka dari negeri-negeri kaum Muslim, serta mencabut rezim-rezim antek dan boneka mereka (hizb-ut-tahrir.info, 19/08/2021).

Share artikel ini: