Mediaumat.info – Masih tentang krisis di Palestina yang terus memuncak, terlebih sejak serangan 7 Oktober 2023 lalu, Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) mengajak umat untuk terus meneriakkan pembelaan dengan berbagai cara.
“Harus terus kita teriakkan dengan berbagai cara,” ujarnya dalam Focus to The Point: Kalender Baru 2025, Dedikasi Untuk Perjuangan Flstna, Jumat (25/10/20024) di kanal YouTube UIY Official.
Apalagi, sambungnya, di antara umat Islam bisa dipastikan tidak ada yang ingin disebut oleh Nabi Muhammad SAW sebagai golongan yang lemah iman.
“Saya kira kita semua tidak ingin disebut oleh Nabi sebagai selemah-lemah iman,” paparnya, seraya menyampaikan hadits arbain ke-34 tentang cara bijak dalam mengingkari atau bahkan mengubah kemungkaran, yang maknanya:
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman’” (HR Muslim, No. 49).
Artinya, meski ada upaya menutup-nutupi isu atau peristiwa yang terjadi di Palestina, terutama oleh platform media sosial, umat harus senantiasa mencari cara untuk mengungkapkan kejahatan-kejahatan entitas penjajah Yahudi berikut negara-negara pendukung terhadap warga di sana.
Ekspresi
Adalah melalui media kalender tahun 2025, sebagaimana diungkapkan UIY, sebuah ekspresi yang sarat dengan informasi seputar Palestina, yang didesain dan didedikasikan untuk saudara-saudara seakidah yang kini tengah berjuang melawan Zionis Yahudi di Palestina.
Sebutlah lembaran pertama dari kalender dimaksud yang menggambarkan tentang umat Islam, Kristen dan Yahudi yang hidup dalam kedamaian di bawah naungan Khilafah Islam Utsmaniah.
“Ini suasana di Gerbang Jaffa al-Quds, Palestina, sekitar tahun 1900, tertib sekali. Kemudian Kota Tua Al-Quds, Palestina, sekitar tahun 1910 itu pun juga masih tampak cantik,” ungkapnya, sambil sesekali menggeser ujung telunjuk kanannya menunjukkan gambar di kalender.
“Artinya ada peradaban di sana, ada manusia, ada masyarakat,” lugasnya, yang berarti klaim bahwa Palestina adalah tanah kosong yang tidak bertuan terbantahkan dengan fakta-fakta ini.
Lalu sebagaimana di lembaran berikutnya, UIY menceritakan asal muasal krisis Palestina yang tak bisa dilepaskan dari gagasan Theodore Herzl (1860-1904), tokoh utama gerakan zionisme dan disebut sebagai “Bapak Negara Yahudi”, yang dituangkan dalam makalah kecil berjudul Der Judenstaat atau Negara Yahudi.
Untuk diketahui, ide ini dilontarkan karena Theodore Herzl sendiri berpikir bahwa penindasan atas kaum Yahudi kala itu, khususnya yang terjadi di Eropa Timur, akan selesai jika mereka punya negara sendiri.
Maka dikarenakan pula ingin menggabungkan cita-cita politik dengan gerakan agama, mereka pun menginginkan Gunung Zion di Palestina sebagai pusat peribadatan. Padahal sebelumnya, terdapat dua wilayah alternatif yaitu Uganda dan Argentina.
“Itulah yang kemudian menjadi cita-cita mereka, dan itu dikukuhkan dalam Kongres Zionisme Internasional yang pertama di Basel 1897,” tandas UIY.
Namun, sebagaimana dipaparkan di lembar berikutnya, Khalifah Abdul Hamid II, ketika itu menolak keras permintaan Theodore Herzl meskipun sudah disiapkan tak kurang dari 350 juta poundsterling dalam bentuk emas untuk menyogok pemimpin tertinggi umat Islam di seluruh dunia tersebut.
Alasan utamanya, Khalifah Abdul Hamid II menegaskan bahwa tanah Palestina bukanlah miliknya tetapi kaum Muslim seluruh dunia.
“Ini memang bukan footage asli tetapi digambarkan bagaimana Theodore Herzl itu menunduk-nunduk untuk membujuk Sultan Abdul Hamid II memberikan tanah Palestina itu kepada orang Yahudi,” ulasnya.
Untuk itu, sangat penting bagi umat untuk mengetahui terlebih dahulu bahwa sebelum negara Yahudi mendeklarasikan kemerdekaan pada 1948, Palestina secara keseluruhan berada di bawah perlindungan Khilafah Islam Utsmaniah.
Bahkan kaum Yahudi juga tahu, bahwa cita-cita mereka untuk mendirikan negara Yahudi hanya akan mungkin bisa terwujud jika pelindungnya, dalam hal ini khilafah, itu dihilangkan terlebih dahulu.
“Mereka kemudian menggeser langkah-langkah mereka itu, bukan langsung mewujudkan Negara Yahudi tetapi lebih dahulu menghancurkan pelindungnya dari tanah Palestina yaitu khilafah Islam,” bebernya.
Ditambah pelemahan secara internal di tubuh Khilafah Utsmani ketika itu, dan munculnya Deklarasi Balfour yang dimuat dalam sebuah surat tertanggal 2 November 1917 dari Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour kepada Lord Rothschild, seorang pemimpin komunitas Yahudi Inggris, untuk disampaikan kepada Federasi Zionis Inggris Raya dan Irlandia, akhirnya, berpuncak pada tanggal 3 Maret 1924, Kekhilafahan Utsmaniah pun runtuh.
Lebih-lebih, pasca kekalahan pada Perang Dunia Pertama, wilayah Kekhilafahan Utsmani dibagi-bagi oleh para pemenang perang.
“Dan betul setelah 1924 itu sejarah mencatat migrasi orang-orang Yahudi khususnya dari Eropa Barat ke wilayah Palestina itu semakin hari semakin meningkat,” ungkap UIY.
Terakhir, UIY kembali mengingatkan bahwa umat Islam adalah kaum yang tak pernah berhenti berjuang. Sambil mengibarkan al-liwa dan ar-rayah, umat menyeru agar para penguasa negeri Muslim segera mengirim pasukan untuk membebaskan Palestina dengan jihad dan khilafah.
Dengan kata lain, penting bagi umat untuk menjadikan kalender yang didesain untuk dakwah dan hasilnya pun untuk kepentingan dakwah ini, sebagai media pengingat segala peristiwa yang terjadi di Palestina.
“Salah satu cara untuk mengingat adalah dengan meletakkan kalender ini di ruangan kita, di meja kita, di dinding kita,” pungkasnya. [] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat