Krisis Myanmar, Amerika Ingin Jauhkan Militer yang Loyal pada Inggris

Mediaumat.news – Terkait tekanan Amerika terhadap militer Myanmar yang melakukan kudeta kepada Aung San Suu Kyi, Pengamat Politik Internasional Umar Syarifudin mengatakan negara adidaya tersebut ingin menjauhkan militer yang loyal kepada Inggris dari pemerintahan.

“Amerika ingin meningkatkan tekanan hingga memungkinkan Amerika menjauhkan militer yang loyal kepada Inggris dari pemerintahan,” ujarnya kepada Mediaumat.news, Sabtu (13/3/2021).

Menurut Umar, Amerika tidak puas dengan kenyataan bahwa para petinggi militer hari ini masih menjadi loyalis Inggris.

Umar menyebut, pemimpin kudeta militer yaitu panglima militer Jenderal Min Aung Hlaing telah dimasukkan dalam daftar sanksi Amerika sejak Oktober 2019 di samping tiga komandan lainnya di militer Myanmar

Umar menilai, meski terjadi ketegangan politik sengit antara Amerika dan Inggris di Myanmar namun keduanya sepakat dalam mendukung orang-orang Budha dalam membunuh kaum Muslimin tanpa membuat Barat bergetar perasaan kemanusiaan yang diklaim dimilikinya, kecuali hanya mengeluarkan pernyataan-pernyataan kosong.

Ia melihat, bahwa demokrasi adalah akar masalah di Myanmar. Demokrasi adalah model politik yang rusak. Memang, setiap sistem yang mendukung kepentingan-kepentingan politik di atas prinsip-prinsip moral hanya memegang janji-janji yang bahaya dan menimbulkan kegagalan bagi masyarakat.

Berbeda dengan khilafah, ungkap Umar, menghasut kebencian terhadap ras, etnis, atau komunitas agama tidak bisa ditoleransi untuk tujuan apa pun. “Kaum minoritas dilindungi dan dijamin hak-haknya dan tidak digunakan sebagai pakan ternak untuk memuaskan nafsu makan dari selera politik para politisi yang haus kekuasaan,” pungkasnya.[] Umar Syarifudin

Share artikel ini: