Konsisten Berjuang

 Konsisten Berjuang

Oleh: Abu Inas (Tabayyun Center)

Secara fitrah, manusia cinta kebenaran, kedamaian dan persaudaraan.  Cinta membutuhkan arah dan perawatan. Cinta membutuhkan pembuktian yaitu salah satunya disebut dengan pengorbanan. Terlalu muluk menyamakan pengorbanan Nabi mulia seperti Ismail dan Ibrahim dalam amal pengorbanannya. Cukuplah kita mampu meneladani secuil dari semangat pengorbanan mereka berdua. Itu saja masih berjuang memurnikan niat agar tak ada riya dalam setiap amalan.

Pengorbanan dan perjuangan itu memang dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Layak bila dari hari ke hari rasa lelah ada kalanya menghampiri. Karena sesungguhnya  hidup di dunia memang ladang amal untuk bekal di akhirat.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk jannah, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan  dengan bermacam-macam cobaan, sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah’. Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (QS : al-Baqarah : 214)

Dakwah tidak akan mencapai kemenangan jika tidak diiringi pengorbanan. Darah, tubuh, tulang-belulang, nyawa, syuhada itu semua adalah api yang menyalakan peperangan, ideologi maupun perang pemikiran. Ayat di atas memperingatkan kita pada persoalan penting di kancah peperangan ini yakni tidak ada Jannah bagi orang yang tidak mau berkorban dan berkontribusi.

Sesungguhnya dakwah itu selalu akan memperhitungkan bahwa generasi pertama yang menyampaikan dakwah, mereka itu adalah tumbal bagi tegaknya risalah yang didakwahkan. Jalan dakwah itu dikelilingi dengan ‘makarih’ (hal-hal yang tidak disukai), penuh dengan bahaya, dipenjara, dibunuh, diusir, dan dibuang. Barangsiapa ingin memegang prinsip atau menyampaikan dakwah, maka hendaklah itu semua sudah ada dalam perhitungannya.

Barangsiapa menginginkan dakwah itu hanyalah tamasya yang menyenangkan, kata-kata yang baik, pesta yang besar, dan khutbah yang  terang dalam kalimat-kalimatnya, maka hendaklah dia menelaah kembali dokumen kehidupan para rasul dan para da’i yang menjadi pengikut mereka, sejak dien ini datang pertama kalinya sampai hari  ini.

Seorang da’i akan merasakan puncak karamah, yaitu saat seseorang konsisten di atas Istiqomah. Tanda Allah memuliakan seorang hamba, Dia menolong hamba tersebut melaksanakan apa yang dicintai dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Penting diperhatikan! Saat kita mampu mengerjakan apa-apa yang mendatangkan kecintaan dan keridhaan Allah, maka saat itu kita mendapatkan karamah dari-Nya. Jika kita istiqomah dalam kondisi demikian, Allah akan mendatangkan pertolongannya kepada kita. []

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *