Mediaumat.news – Silaturrahmi Intelektual Muslim 2018 diselenggarakan oleh Forum Akademisi Muslim Indonesia (FAMI) Sulsel kerjasama dengan Fosdik Al-Umdah UNM di Ballroom Pinisi lantai II Universitas Negeri Makassar (UNM) pada hari Ahad 30 Desember 2018, mengangkat tema “Komunisme dan Liberalisme Ancaman Nyata Negeri Ini”. Kegiatan tersebut mendapat apresiasi yang tinggi dari para pakar khususnya para narasumber.
Panitia menghadirkan sejumlah pakar dan akademisi diantaranya Prof. Dr. Said Mahmud, Lc, MA (Penasehat ICATT dan mantan rektor STAIN Palopo), Dr. KH. Syahrir Nuhun, Lc, M.Th.I (Pakar Hadits Sulsel, ICATT), Dr. Eng. H. Muh. Agung S.T., M.T. (UNM), Prof. Veny Hadju, Ph.D (GB FKM UH), Dr.Eng. Abd. Kadir, MT (Poltek UH), Ir. Hasanuddin Rasyid (Praktisi Pendidikan, Dir. LDKS An Nahdah 1997-2004), Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, MA (GB UIN Alauddin), H. Budi Mulyana, S.IP, M.Si (Dosen HI Unikom Bandung).
Yang menarik mereka semua berbicara pada bidang masing-masing namun sepakat tentang dirasakannya betapa ancaman komunisme begitu nyata dan Liberalisme telah lama mencengkeram Indonesia. Dan uniknya meski tidak disinggung dalam tema ternyata mereka sepakat solusi untuk keluar dari kondisi tersebut adalah dengan kembali kepada Islam. Walaupun terdapat perbedaan sudut pandang dalam melihat problem tersebut, yakni ada yang memandang persoalan sistemik dan juga ada yang sifatnya parsial.
“Komunisme telah membuktikan gejala yang berusaha menghancurkan islam dan menguasai indonesia. Agama dianggap candu masyarakat dan harus dihilangkan.” Demikian diungkapkan oleh Prof. Said Mahmud. Dr. Syahrir Nuhun selaku pemateri kedua diantaranya menegaskan bahwa “Liberalisme punya landasan kebebasan berfikir dan rasionalisme. Ini berlawanan dengan Islam yang landasannya berasal dari Allah. Namun dikarenakan invasi dari paham ini maka umat Islam pun banyak yg menganut paham ini”
Liberalisasi terjadi dalam semua bidang termasuk dalam bidang pendidikan “Sistem pendidikan indonesia itu esensinya dari amanat UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertaqwa kepada TYME. Pengaruh globalisasi dan sistem demokrasi yang tidak mampu memfilter paham2 luar menjadikan pendidikan di Indonesia terpengaruh oleh liberalisme dan komunisme. Termasuk bentuk Kastanisasi yakni klasifikasi kualitas sekolah misal swasta, negeri, dll. Pendidikan dalam islam utk mengenal Allah, tapi dalam liberalisme untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Antitesis dari liberalisme sendiri adalah sosialisme komunisme. disebabkan sistem kapitalisme yang lahir dari paham liberalisme. Sehingga banyak pemuda negeri ini beraliran kiri” demikian salah satu hal diungkapkan Dr. Agung. Dalam bidang kesehatan juga sama seperti diungkapkan Prof. Dr. H. Veni Hadju, “Pelayanan kesehatan negeri ini dalam bentuk liberalisme, di mana pemerintah melepas tanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan masyarakat. Termasuk dalam bentuk Insuran Jaminan kesehatan adalah bentuk liberalisme kesehatan.”. Turut ditegaskan pula oleh Dr. Abdul Qadir Muhammad “Liberalisme adalah paham yg menjajah negeri kita. Yang mencekik rakyat kita. maka tidak ada jalan lain kita harus meninggalkan paham liberalisme ini.”
Ir. Hasanuddin Rasyid M.Si mewacanakan “Liberalisme dan komunisme sudah menjadi permaslahan dunia. Maka harus ada upaya yang terstruktur dan sistematis untuk mengatasi masalah ini.”. Kegelisahan Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad pemateri berikutnya beliau sampaikan diantaranya “Saat ini muslim sendiri banyak yang tidak bangga dengan statusnya sebagai muslim. Cinta Tanah air adalah pembebasan tanah.air dari hukum jahiliyyah oleh karena itu Seharusnya umat Islam yang menjadi pengendali atau penguasa di negeri ini.”. Adanya ungkapan tentang jihad konstitusi ditanggapi oleh H. Budi Mulyana S.Ip, M.Si “Jihad Konstitusi itu tidak realistis. Karena konteks politik saat ini tidak menyediakan ruang untuk Islam baik dalam negeri dan internasional.”
Sampai di sinilah ruang diskusi, diantara tokoh yang hadir menghendaki forum ini berkelanjutan untuk memberikan sikap terhadap kondisi yang menimpa umat Islam khususnya pada bahaya yang serbuan ideologi komunisme dan liberalisme. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Hj. Edib Hanoum (Ketua BKMT Makassar empat periode), bahkan ia tambahkan 2019 harus ganti presiden. Lain halnya tokoh PITI Sulaeman Gozalam menilai untuk keluar dari problem ini umat Islam harus memanfaatkan demokrasi demi kemenangan umat Islam. Tokoh lainnya Dr. Mappangngaja menilai harus dengan perubahan sistem. Peserta yang hadir lebih lima ratus orang sangat menginginkan diskusi berlanjut namun waktu membatasi sehingga moderator Dr. Eng. Arman Kamaruddin, ST, MT terpaksa harus menutup acara SIM 2018 dan memberikan harapan kemungkinan diadakannya kegiatan yang sama pada waktu yang akan datang.[]