Komparasi Dua Peradaban Dunia, Kiai Shiddiq Tegaskan Peradaban Barat Berbahaya
Mediaumat.id – Mengomparasi khilafah dengan peradaban Barat terkait mana yang berbahaya, Pakar Fikih Kontemporer sekaligus Founder Institut Muamalah Indonesia KH Muhammad Shiddiq al-Jawi menegaskan, peradaban Baratlah yang kerap menimbulkan petaka.
“Jelas yang berbahaya itu peradaban Barat karena ada data-data yang sangat melimpah,” cetusnya dalam Kajian Dhuha #Eps 15: Manakah Yang Lebih Berbahaya, Khilafah Atau Peradaban Barat? di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Sabtu (22/4/2022).
Sebelumnya, ia merasa sangat perlu mengklarifikasi bahwasanya memang khilafah tidak seperti yang sebagian umat bayangkan. Apalagi, khilafah yang notabene sebagai bagian dari ajaran Islam, sering dibingkai sebagai sesuatu yang berbahaya bagi dunia termasuk Indonesia.
Padahal sebenarnya, sambung Kiai Shiddiq sekali lagi, peradaban Baratlah yang justru memiliki sejarah sangat kelam.
“Betapa banyak manusia, tidak hanya seribu, dua ribu atau seratus ribu, dua ratus ribu, tetapi jutaan orang yang meninggal dunia dan yang terbunuh akibat peradaban Barat yaitu suatu peradaban yang berpangkal pada paham sekularisme yang menyebar ke seluruh dunia melalui kolonialisme atau imperialisme yang kemudian dipaksakan menjadi sebuah peradaban di negeri-negeri yang lain,” paparnya.
Dimulai dari pembantaian Suku Indian di Amerika (1776-1890). “Diperkirakan ada 50-100 juta suku Indian tewas dibantai secara bengis oleh bangsa Eropa (Inggris, Perancis, Spanyol, dll.) yang datang ke Benua Amerika” ungkapnya.
Pasalnya, satu hal yang menurut Kiai Shiddiq menjadi catatan, ketika mereka datang, masuk ke Benua Amerika, ternyata di sana sudah ditempati suku Indian terlebih dahulu. “Ternyata Benua Amerika bukan benua yang kosong. Di sana sudah ada suku Indian,” jelasnya.
Berikutnya, pembantaian juga dilakukan terhadap suku Aborigin yang dilakukan dalam kurun 1788-1950. “Orang-orang yang tinggal di Australia itu sebenarnya adalah orang-orang dari Inggris. Bahkan (dulu) mereka sebagian adalah para napi atau orang-orang kriminal di Inggris,” tuturnya mengisahkan.
Dengan kata lain, Australia sebelumnya bukan benua tak berpenghuni. “Di sana bukan benua yang kosong, melainkan benua yang sudah ada penghuninya yaitu suku Aborigin,” terangnya.
Tak ayal, di situlah suku Aborigin lantas menjadi korban pembantaian. “Jumlah korban Aborigin yang tewas dari 250 pembantaian yang terjadi antara tahun 1788-1950 sekitar 6.200 orang,” ungkapnya dengan membandingkan data resmi dari pemerintah kolonial Australia dengan jumlah korban sekitar 10.000 orang.
Namun ketika ia melihat data lain, sebutlah situs tirto.id, jumlah korban justru mencapai lebih dari setengah juta orang.
“Didapat dari situs tirto.id, diperkirakan 675.000 orang Aborigin menjadi korban sejak pendaratan orang kulit putih pertama di Australia pada 1778 hingga pembantaian Coniston yang menewaskan puluhan orang pada 1928,” ulasnya.
Belum lagi di Eropa dan Amerika, secara umum pernah terjadi fenomena kebun binatang manusia (human zoo), semacam pertunjukan anggota suku asli Afrika, Asia maupun Amerika Selatan di dalam sebuah kandang.
Fenomena yang menunjukkan kejamnya peradaban Barat ini, ungkapnya, terjadi pada rentang tahun 1890-1900.
Menginjak abad ke-20, lanjut Kiai Shiddiq membeberkan sebuah data dari Wikipedia, yang ternyata masih terdapat kekejaman-kekejaman lain dari peradaban Barat di tengah perang-perang besar, Perang Dunia I dan II.
“Pada Perang Dunia I (1914-1918), jumlah yang tewas akibat perang tersebut adalah sekitar 15-22 juta orang,” ucapnya miris.
Kemudian pada Perang Dunia II (1939-1945). “Sebenarnya Perang Dunia Kedua ini adalah lebih dahsyat lagi sekitar 60 juta orang meninggal dunia,” tandasnya.
Tak hanya itu. kekejaman lain pun ditunjukkan dengan penjatuhan bom nuklir yang dilakukan AS atas dua kota besar di Jepang. Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945).
“Diperkirakan jumlah korban tewas sekitar 129 ribu orang sampai sebanyak-banyaknya 246 ribu jiwa,” ujarnya juga membeberkan, yang masih hidup tetapi cacat atau terkena radiasi nuklir di Hiroshima lebih banyak lagi.
“Lalu di Nagasaki, Amerika Serikat juga menjatuhkan bom nuklir pada tanggal 9 Agustus 1945 dengan korban meninggal dunia sekitar 74 ribu orang,” ungkapnya.
Tak Berhenti
Bahkan untuk menjawab kekejaman peradaban Barat tak berhenti di akhir Perang Dunia Kedua, Kiai Shiddiq menyodorkan data berkenaan dengan invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003.
“Kita lihat misalnya pada tahun 2003. Amerika Serikat menginvasi Irak pada waktu itu, dengan alasan yang palsu,” ungkapnya.
“Katanya, Saddam Hussein mempunyai senjata pemusnah massal,” imbuhnya, yang ternyata itu alasan hoaks.
Lalu jumlah korban tewas selama pendudukan AS, kurang lebih satu juta orang. “Ketika Amerika Serikat menduduki Baghdad, Irak, mereka menjatuhkan 20 ribu ton bom, yang tewas sejak itu atau selama pendudukan itu satu juta orang kurang lebih,” lugasnya.
Sehingga dari data-data yang terungkap, seketika terbersit pertanyaan yang menurutnya tajam. “Di sinilah kemudian kita ada satu pertanyaan yang tajam yang perlu kita sampaikan kepada umat Islam atau kepada sebagian dari umat Islam yang sering menuduh bahwa umat Islam itu teroris, radikal atau intoleran termasuk tuduhan-tuduhan keji lainnya,” tuturnya.
Lalu Kiai Shiddiq pun memberikan beberapa pertanyaan retoris:
Siapa yang memulai Perang Dunia Pertama? Islamkah/khilafahkah?
Siapa yang memulai Perang Dunia Kedua? Islamkah/khilafahkah?
Siapa yang menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki? Islamkah/khilafahkah?
Siapa yang membunuh ratusan ribu nyawa suku Aborigin di Australia? Islamkah/khilafahkah?
Siapa yang membunuh sekitar 100 juta orang Indian, di Amerika Utara? Islamkah/khilafahkah?
Siapa yang membunuh lebih dari 50 juta orang Indian di Amerika Selatan? Islamkah/khilafahkah?
Siapa yang mengangkut sekitar 180 juta orang Afrika sebagai budak dan sekitar 88% dari mereka meninggal dan dibuang di Laut Atlantik? Islamkah/khilafahkah?
“Mari kita buka sejarah, kita bongkar fakta dan data sebenarnya, (bahwa) yang menjadi penjajah, penjahat itu adalah Barat yaitu Amerika dan negara-negara Eropa,” imbau Kiai Shiddiq.
“Mereka itulah negara-negara yang paling kejam di dunia,” pungkasnya.[] Zainul Krian