Media massa dunia baru-baru ini melaporkan tindakan sekelompok agitator Yahudi yang melakukan provokasi terhadap umat Islam selama dan setelah pertandingan sepak bola, berkaitan dengan isu utama umat Islam, yaitu Palestina. Provokasi ini memicu reaksi alami dari umat Islam di berbagai negara dan warga negara Belanda yang terhormat. Namun, yang mencolok adalah sikap bungkam otoritas Belanda terhadap provokasi tersebut, sementara pasukan keamanan Belanda justru menghadapi demonstran yang menentang provokasi ini dan menangkap banyak di antaranya.
Beberapa sikap memalukan yang patut dicatat dalam reaksi ini termasuk pernyataan Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, yang mengutuk apa yang ia sebut sebagai “serangan anti-Semit.” Duta Besar AS untuk entitas Yahudi juga mengutuk apa yang ia gambarkan sebagai “serangan mengerikan” terhadap orang Yahudi, meskipun kenyataannya mereka lah yang memulai provokasi dan kekerasan. Pernyataan serupa juga datang dari Utusan Khusus AS untuk Pemantauan dan Pemberantasan Antisemitisme, yang mengungkapkan kekhawatirannya atas serangan yang terjadi di Amsterdam. Presiden Komisi Eropa serta Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, turut menyuarakan kemarahan mereka atas apa yang mereka sebut sebagai “serangan tercela” terhadap orang Yahudi di Amsterdam dan menegaskan komitmen mereka untuk memerangi anti-Semitisme. Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, menyebut kejadian di Amsterdam sebagai “mengerikan dan memalukan bagi Eropa,” sementara Presiden Prancis, Emmanuel Macron, merujuk pada kekerasan terhadap penggemar sepak bola Yahudi sebagai momen paling gelap dalam sejarah.
Semua reaksi ini, baik yang disengaja atau tidak, memperlihatkan permusuhan mereka terhadap Islam dan umat Muslim. Mereka secara tidak adil berpihak kepada para agresor yang telah merampas tanah Palestina, sambil mengabaikan atau sengaja menutupi kejahatan yang dilakukan oleh entitas Yahudi di Palestina dan sekitarnya. Kejahatan-kejahatan ini, yang menimpa anak-anak, perempuan, dan orang tua, dilakukan oleh entitas yang dibangun di atas tengkorak umat Muslim, dimulai dengan Nakba pada tahun 1948 dan berlanjut melalui kekejaman mereka di Gaza, Lebanon, Suriah, Irak, Yaman, dan Iran.
Kami mengapresiasi sikap banyak individu terhormat di Eropa yang menentang kejahatan yang dilakukan oleh entitas Yahudi di Gaza dan provokasi yang dilakukan oleh agitator Yahudi. Namun, pesan kami ditujukan kepada pemerintah dan otoritas di Eropa serta negara-negara yang mendukung agitasi tersebut, berpihak pada entitas Yahudi dalam perampasan tanah umat Muslim, dan berkontribusi dalam pembentukan entitas tersebut. Kami katakan kepada semua negara yang telah terlibat dalam pembunuhan dan kejahatan ini: Semua kekejaman ini akan tetap terukir dalam ingatan umat Islam dan tidak akan pernah dilupakan. Negara-negara ini tidak akan memiliki kredibilitas atau perjanjian dengan umat ketika Khilafah yang akan datang, dengan izin Allah, menghapus keberadaan entitas Yahudi.
وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ
“Dan orang-orang yang berbuat zalim kelak akan mengetahui kepada tempat manakah mereka akan dikembalikan.” [Ash-Syu’ara: 227]
Kantor Media Pusat Hizb ut Tahrir