Mediaumat.id – Koalisi partai politik (Parpol) yang dibentuk lebih dini untuk menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dinilai Pengasuh MT Darul Hikmah Banjar Baru Ustaz Muhammad Taufik NT dalam politik demokrasi mesti dilakukan jauh-jauh hari untuk pencitraan.
“Ini menjadi sebuah keniscayaan dalam politik demokrasi. Memang jauh-jauh hari untuk pencitraan mesti dilakukan,” tuturnya dalam acara Kabar Petang: Berebut Kekuasaan di Tengah Rakyat yang Terabaikan, Jumat (10/6/2022) di kanal YouTube Khilafah News.
Menurutnya, adanya berbagai partai politik di Indonesia hanya dilandasi dengan kepentingan bukan dilandasi dengan ideologi.
“Apakah sebuah partai itu mengemban ideologi atau tidak, ya kita lihat konsep yang diperjuangkan itu apa. Apakah ada perubahan yang secara fundamental, mendasar, yang ingin mereka lakukan?” ungkapnya.
Paling tidak, ia menilai ada dua hal yang penting disampaikan kepada masyarakat oleh sebuah partai politik. Pertama, pemikiran mendasar yang diemban. Kedua, metode untuk meraih apa yang mereka inginkan itu seperti apa.
“Ini penting untuk disampaikan oleh partai politik, termasuk juga oleh kandidat calon presiden atau calon kepala daerah,” jelasnya.
“Sayangnya kita belum melihat itu, yang terjadi itu ya seperti janji-janji kampanye. Yang berjanji pun itu tidak tahu mungkin bagaimana cara untuk meraihnya,” tegas Taufik.
Karena itu, menurutnya partai politik tidak menganggap bahwa ideologi adalah sesuatu yang sangat penting.
Menurutnya dalam Islam memilih kepala negara itu memang dilihat dari keridhaan rakyat. Musyawarah ndak papa, tapi dalam urusan sekadar memilih siapa orangnya.
Namun, lanjut Taufik dalam hal tugasnya nanti apa, hukum apa yang akan dipakai, Allah sudah memberikan. Sehingga ketika sistem Islam ini tidak dipakai, diganti demokrasi maka akhirnya syariat Islam juga dipilih-pilih. Ada syariat yang secara diametral bersinggungan atau bertentangan dengan demokrasi itu akan dipinggirkan.
Menurutnya, berbeda dengan Sayyidina Abu Bakar ketika beliau diangkat sebagai kepala negara, untuk satu hukum saja beliau pertaruhkan nyawanya. Tatkala beliau diangkat menjadi kepala negara, ada orang-orang yang datang kepada beliau menyatakan tetap Islam namun enggan membayar zakat.
“Sayyidina Abu Bakar berkata, ‘Andai mereka mencegahku dari mengambil hewan ternak mereka sebagai zakat aku akan perangi mereka karena alasan tadi (tidak mau bayar zakat)’.” ungkapnya.
Taufik kembali mengutip perkataan Sayyidina Abu Bakar tatkala Sayyidina Umar menasehati agar jangan terlalu keras kepada rakyat. “Sungguh wahyu telah terputus, agama ini telah sempurna. Apakah Agama ini akan berkurang, hukumnya dibiarkan tidak diterapkan sementara aku masih hidup?” kutipnya.
Karena itu, menurutnya, kekuasaan itu ada untuk menjaga Islam dan agar hukum-hukum Islam bisa diterapkan. “Bukan hanya sekadar untuk kepentingan mengenyangkan perut rakyat,” pungkasnya.[] Ade Sunandar