Kita Akan Berkumpul Bersama Orang yang Kita Cintai

Oleh: Nasrudin Joha

Bagi para ulama, kiyai, asatidz yang tekun mengikuti sidang gugatan HTI melawan Pemerintah pastilah merasakan hal ini. Ada kegelisahan, kekhawatiran, rasa kasihan, prihatin, terhadap saksi dan ahli yang diajukan Pemerintah.

Diantara saksi yang dihadirkan seperti Guntur Romli, Yudian Wahyudi, Ishomudin, dan beberapa ahli dari kalangan non muslim.

Saat hadir di persidangan gugatan HTI, aura Islamopobhia begitu terasa. Sehingga, wajar saja jika banyak keterangan yang tidak sesuai fakta.

Orang-orang yang dihadirkan Pemerintah baik sebagai ahli maupun saksi, adalah orang-orang yang sudah diketahui khayalak bagaimana kiprahnya. Ishomudin, ahli agama yang dihadirkan Pemerintah adalah ahli yang membela Ahok. Guntur Romli diketahui aktivis Liberal, caleg PSI, pendukung Ahok.

Dalam kajian Ulumul Hadits, sebelum bicara matan para ahli hadits berbicara mengenai perawi (sanad). Jika seorang perawi tertuduh dusta, maka seluruh hadits yang diriwayatkan akan ditolak. Jadi tidak penting membahas matan (redaksi) jika otoritas Rawi (periwayatan) sudah tidak diakui.

Dalam konteks ahli dan saksi yang dihadirkan Pemerintah, maka adanya cela dan aib terhadap mereka, khususnya terhadap dakwah Islam dan seruan penerapan syariat Islam, menjadi dasar tidak  perlu lagi membahas keterangannya.

Sebab, bagaimana mungkin seseorang akan berbicara adil, jujur atas ilmu yang dimilikinya, jika kehidupannya dipenuhi tendensi dan phobia terhadap Islam ? jangankan dengan ajaran Khilafah, dengan selembar kain cadar saja sudah begitu phobi dan membenci ?

Karenanya umat harus memiliki kesadaran, bukan sekedar membicarakan apa yang diterangkan, tetapi penting untuk melihat lebih jauh otoritas yang berbicara. Siapa yang berbicara. Kepentingannya apa. Ada di pihak mana.

Jika Khilafah menurut Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Hambali, Imam Hanafi, hukumnya adalah wajib sementara ada ulama mutakhirin, ulama Su’, para pencela agama Allah menyatakan Khilafah bukan ajaran Islam ? Bahkan mereka memfitnah Khilafah sebagai ajaran teroris ? Jadi paham kan ?

Karenanya, umat penting untuk melihat Qoul itu bersumber darimana. Sebaik apapun dan dengan gelar apapun, Jika dia tidak memihak pada ajaran Islam maka itu wajib dipertanyakan.

Maka wahai umat Islam, mari mencintai Nabi, mari mencintai para sahabat, mari berkumpul bersama pejuang Islam, mari memberikan pembelaan terhadap Khilafah, agar kelak kita dikumpulkan bersama rasul, bersama sahabat serta segenap pejuang Islam.

Karenanya wahai umat Islam, jauhi para penentang dakwah Nabi, jauhi para pembenci syariat dan Khilafah, agar kelak di akherat Anda dijauhkan dari mereka.

Siapapun yang karib didunia, maka dia akan karib di akherat. Siapa saja yang dekat dengan ahli maksiat, maka kelak diakherat akan dikumpulkan bersama ahli maksiat, di Neraka.

Maka kariblah dengan Al Quran, kariblah dengan As Sunnah, kariblah dengan syariah, kariblah dengan Khilafah, kariblah dengan Liwa dan Roya, kariblah bersama pejuang penegak Khilafah. Agar kelak di akherat, kalian akan dikumpulkan bersama Nabi, berada dibawah benderanya Nabi, berada di Telaganya Nabi.

InsyaAllah rasa karib dan cinta kita kepada Nabi, kepada perjuangan Nabi, kepada Khilafah warisan Nabi, akan mempertemukan kita dengan Nabi. Di Surga. Wallahu A’lam Bish Showab. []

Share artikel ini: