Kisah Rinkes dan HOS Tjokroaminoto Gambarkan Politik Sarekat Islam
Mediaumat.id – Kisah Rinkes yang menjabat sebagai Penasihat Urusan Bumiputra di pemerintah kolonial Belanda dengan HOS Tjokroaminoto bisa menggambarkan dengan jelas arah politik Sarekat Islam.
“Jadi dari sini kan kita bisa menebak, ke arah mana politik yang di bawa oleh HOS Tjokroaminoto dan Sarekat Islam,” ujar Penulis Naskah JKDN 2 Nur Fajaruddin dalam film dokumenter sejarah Islam Jejak Khilafah di Nusantara 2 yang premier pada Rabu (20/10/2021) secara daring.
Dalam film itu, Nur Fajaruddin menceritakan, Rinkes waktu itu menemui HOS Tjokroaminoto dalam pertemuan Sarekat Islam di Surabaya. Dalam pertemuan itu, HOS Tjokroaminoto membawa Rinkes ke dalam rumahnya yang terpajang foto Sultan Mehmed Reşad.
Melihat itu, kemudian Rinkes bertanya kepada HOS Tjokroaminoto tentang maksud memajang foto Sultan Mehmed Reşad tersebut. Dan jawaban HOS Tjokroaminoto yang kemudian dicatat oleh Rinkes adalah, “Beliau ini adalah seorang Sultan, seorang Khalifah, naungan Allah di muka bumi yang melindungi kaum Muslim di seluruh dunia.”
“Sehingga dari jawaban itu jelaslah arah politik yang dibawa HOS Tjokroaminoto dan Sarekat Islam,” tegas Nur Fajaruddin.
Seperti dituturkan Narator Film Akhmad Adiasta, selain lewat mata pena, dukungan Sarekat Islam kepada Khilafah Utsmani dalam Perang Dunia I juga dinyatakan dalam penggalangan dana. Dan pada 1 Juni 1915, Sarekat Islam mengadakan pertemuan di Surabaya demi mengumpulkan donasi yang akan disalurkan melalui Konsul Utsmani di Batavia, Refet Bey.
Dukungan kepada Khilafah Utsmaniah, ungkap Filolog Salman Iskandar, juga kembali ditunjukkan Sarekat Islam ketika mengadakan Kongres Nasional II di Bandung pada 1916.
Dalam film itu, Salman mengatakan, dalam kongres tersebut ada agenda kirab (pawai) untuk menunjukkan kepedulian Muslim Nusantara atau pun aktivis Sarekat Islam menyambut seruan jihad dari Khilafah Utsmaniah.
“Di antara para peserta kongres di kota Bandung tadi, mereka menunjukkan kepeduliannya itu dengan mengusung tinggi panji-panji pemerintahan Turki Utsmani,” pungkas Salman.[] Agung Sumartono